Mohon tunggu...
Muhammad Rifqi
Muhammad Rifqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Romantisme Intelektual Dan Keruntuhan Spiritual

14 Desember 2024   18:57 Diperbarui: 14 Desember 2024   19:17 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber poto: Instagram)

Perubahan zaman yang semakin kompleks, serta perkembangan Intelektualitas yang di tandai dengan Kehidupan masyrakat modern yang identik dengan mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sikap hedonistik tampaknya menjadikan manusia mengalami dekadensi spritualitas, tidak sedikit yang mempercayakan bahwa hal tersebut menandai datangnya masa akhir perjalanan agama, Sangat mengerikan !

Ini menjadi Salah satu kritik tajam Sayyed Hossein Nasr terhadap masyarakat modern, menurutnya masyarakat modern telah dilanda krisis kehampaan spiritual. Spiritualitas menjadi aspek penting dalam diri manusia sebagai person yang berhadapan dengan realitasnya, ia menjadi kontrol dalam kehidupan manusia. Spiritualitas merupakan suatu hal abstrak dalam diri manusia yang menunutut untuk dipenuhi. Sebagaimana yg dikatakan Wiliam James bahwa pencapaian tertinggi terhadap pemahaman tentang siapa hakikat diri sendiri adalah ketika memahami diri spiritual. 

Konsepsi ilmu pengetahuan yang menuntut ilmiah, penjelasan secara sistematis dan teruji malah justru mereduksi salah satu "kelimiahan" manusia sebgaai makhluk paradox yang terdiri dari materi dan immateri dalam satu bentuk. Selain mereduksi satu bagian terpenting manusia, konsepsi ilmu pengetahuan beserta tuntutan ke"ilmiah"an nya justru memperkerdil pandangan yang di kemukakan Karen Amstrong  yang menuebutkan manusia sebagai makhkuk Homo Religius artinya artinya dalam kualitasnya, manusia tidak bisa hidup tanpa meyakini Apapun.

Keruntuhan Spiritualitas tersebut mungkin yang dimaksud Nietzsche dalam semboyan nya yg terkenal  "Tuhan Telah Mati" atau "God Is Dead" yang akhirnya populer dan menimbulkan kontroversi. Tuhan telah mati sendiri sifatnya multitafsir. Salah satu tafsiran dari "Tuhan Telah Mati" adalah bahwa manusia modern sudah meruntuhkan nilai-nilai spiritualitas di dalam dirinya, kemudian bergantung dengan apa yang nyata dan fakta, bukan dari apa yang sekadar mereka yakini dan tidak pasti.

Pada akhirnya perkembangan Intelektulitas yang seharusnya menaikan taraf kehidupan manusia menuju kebahagiaan dan kesejahteraan sosial maupun spiritual malah  meruntuhkan dan melenyapkan nilai-nilai spiritual itu yang justru melahirkan kemerosotan moral dan kegelisahan ditengah kehidupan Masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun