Perpustakaan sekolah menjadi sarana yang perlu mendapat perhatian sebagai pusat pengembangan minat dan kegemaran membaca. Namun perpustakaan yang ada saat ini terdapat banyak kekurangan yang harus segera dibenahi dalam rangka meningkatkan kegairahan siswa untuk datang ke perpustakaan. Kekurangan tersebut meliputi : (1) masih terlihat adanya rasa kurang peduli pada sejumlah kepala sekolah dan guru terhadap perpustakaan yang ada. (2) kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa untuk mau membaca atau menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar kurang direncanakan oleh sekolah.. (3) kurang terjalinnya hubungan baik antara pihak sekolah dengan pihak luar, terutama orang tua sebagai stake holder untuk membuat perpustakaan sekolah sesuai dengan standar yang ada. Untuk memotivasi siswa agar memanfaatkan perpustakaan sekolah, perlu ada : (1) penyediaan gedung/ruang perpustakaan dan perlengkapan/peralatan yang reprensentatif; (2) penyediaan koleksi bahan pustaka yang sesuai kebutuhan kurikulum dan pemakai; (3) penerapan sistem layanan yang berorientasi kepada kepuasan pemakai; (4) mengintegrasikan kegiatan perpustakaan dalam kurikulum; (5) melaksanakan promosi perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari kurikulum dan penunjang utama dalam penciptaan tujuan dan peningkatan mutu pendidikan. Proses pendidikan yang sesungguhnya bukanlah sekedar memberikan ilmu yang ada pada guru kepada siswa, melainkan merangsang murid untuk mengembangkan diri, mengembangkan bakat dan kemampuannya. Oleh sebab itu pengelolaan perpustakaan sekolah harus bisa memotivasi siswa untuk dapat memanfaatkan secara efektif bahan pustaka yang tersedia. Mbulu (1991:19) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang berhubungan dengan pemanfaatkan perpustakaan sekolah, yaitu : (1) frekuensi siswa mengunjungi perpustakaan, (2) kegiatan belajar mandiri siswa di perpustakaan, (3) waktu yang dibutuhkan selama kegiatan belajar, dan (4) jenis-jenis bahan pustaka yang dimanfaatkan.
Dalam pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar, diharapkan siswa akan bertambah pengetahuan, wawasan, pengalaman , keterampilan dan sekaligus dapat menciptakan cara belajar mandiri dengan secara aktif mengkaji serta mempelajari jenis bahan pustaka di perpustakaan, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun buku-buku umum sebagai bahan pengayaan. Hal tersebut dipertegas oleh Andini (1999:21) bahwa untuk mengukur efisiensi pemanfaatan perpustakaan sekolah dapat dilihat dari dua indikator, yaitu (1) frekuensi siswa dalam mengunjugi perpustakaan sekolah, dan (2) jenis bahan pustaka yang dimanfaatkan.
Upaya Memotivasi Siswa dalam Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah menjadi sarana yang perlu mendapat perhatian sebagai pusat pengembangan minat dan kegemaran membaca. Namun perpustakaan yang ada saat ini terdapat banyak kekurangan yang harus segera dibenahi dalam rangka meningkatkan kegairahan siswa untuk datang ke perpustakaan. Kekurangan tersebut menurut Hermawam (2003) adalah : Pertama, masih terlihat adanya rasa kurang peduli pada sejumlah kepala sekolah dan guru terhadap buku dan perpustakaan yang ada. Masih banyak terlihat ruang-ruang perpustakaan yang tidak terpelihara, buku-buku tidak tertata baik dan terlihat kumuh. Kondisi seperti ini tentu berdampak negatif terhadap minat siswa untuk mau membaca. Masih banyak kepala sekolah yang kurang berminat menyisihkan anggaran untuk keperluan pengadaan buku atau tambahan buku baru. Kedua, kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa untuk mau membaca atau menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar kurang direncanakan oleh sekolah. Banyak perpustakaan sekolah yang hanya buka pada saat jam istirahat selama 15 menit sehingga siswa yang berkunjung ke perpustakaan hanya cukup untuk membuka-buka lembaran gambar di majalah. Sedang jam khusus untuk membaca di perpustakaan jarang ada di sekolah atau tidak ada sama sekali. Ketiga, kurang terjalinnya hubungan baik antara pihak sekolah dengan pihak luar, terutama orang tua sebagai stake holder untuk membuat perpustakaan sekolah sesuai dengan standar yang ada.
Dampak dari kondisi tersebut berakibat pada keengganan siswa untuk datang ke perpustakaan, karena perpustakaan kurang menarik serta tidak mampu memenuhi kebutuhan siswa termasuk rasa aman dan nyaman. Keengganan siswa datang ke perpustakaan dilatarbelakangi oleh beberapa hal , yaitu : (1) rendahnya minat baca; (2) ruang perpustakaan tidak kondusif (tidak terpelihara) (3) koleksi bahan pustaka tidak sesuai dengan kebutuhan dan banyak yang usang; tidak teretata dengan baik dan terlihat kumuh; (3) perpustakaan sering tidak buka dan jika buka jam layanan sangat terbatas (hanya waktu istirahat selama 15 menit) ; (4) petugas yang ada tidak memiliki keterampilan dalam mengelola perpustakaan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu ada upaya untuk memotivasi siswa agar memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar sehingga dapat terwujud prestasi akademik yang maksimal.
Secara definitif motivasi dapat dijabarkan sebagai segala sesuatu yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu atau mengerjakan sesuatu kegiatan. Motivasi adalah suatu dorongan baik yang datang dari intern pribadi diri seseorang atau yang datang dari luar, sehingga membuat seseorang tadi melakukan sesuatu (Gerungan 1988:140; Owens 1981:106; dan Drever 1988:293) . Ada lagi yang berpendapat bahwa motivasi merupakan faktor internal yang berhubungan dengan energi seseorang sehingga dia dapat berbuat sesuatu tindakan atau pekerjaan (Ardhana 1988:33)
Dari pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai motor atau pendorong yang dapat menimbulkan energi dalam diri seseorang sehingga dia dapat melakukan/berbuat sesuatu. Jadi apa saja yang diperbuat manusia, apakah itu penting atau dipandang kurang penting, berbahaya atau tidak mengandung resiko, selalu terdapat di dalam pribadinya unsur motivasi. Tanpa adanya unsur motivasi di dalam dirinya, tidak mungkin dia mau berbuat sesuatu.
Adapun fungsi motivasi dalam diri seseorang adalah : (1) motivasi itu dapat mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motivasi ini berfungsi sebagai motor atau penggerak yang dapat menimbulkan energi dalam diri seseorang dan dengan energi tadi seseorang mau berbuat sesuatu; (2) motivasi itu menentukan arah perbuatan, yaitu menentukan ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Hal ini berarti bahwa motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tadi. Makin jelas tujuan tersebut, makin jelas pula jalan yang akan ditempuh; dan (3) motivasi itu menyeleksi perbuatan-perbuatan. Dalam waktu bersamaan, seseorang bisa mempunyai beberapa tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan kegiatankegiatan atau perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan seseorang. Perbuatan atau kegiatan apa yang harus dilakukan seseorang, itu bergantung pada motivasi yang mendorong perbuatan atau kegiatan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H