Mohon tunggu...
Muhammad Hifakrullah
Muhammad Hifakrullah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jika memerlukan komunikasi dengan saya silahkan kontak : muhammadhifakrullah1503@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila Vs Intoleransi

19 Desember 2020   00:42 Diperbarui: 19 Desember 2020   01:02 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah pancasila pertama kali disampaikan pada saat pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945. Dalam pidato tersebut Ir. Soekarno mencetuskan prinsip yang terdiri dari Kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan. Kemudian di lanjutkan pembahasannya melalui panitia sembilan yang bertugas untuk menyusun Undang-Undang Dasar dan akhirnya melalui proses yang cukup panjang rumusan pancasila tersebut dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar seperti yang kita ketahui saat ini dan dinyatakan sebagai dasar negara Indonesia pada 18 Agustus 1945. 

Nilai-nilai yang termuat di dalamnya yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai yang ada ini sesuai dengan kondisi Indonesia pada saat itu yang terdiri dari berbagai agama, suku, dan ras yang berbeda-beda. Bali dengan mayoritas agamanya hindu. Maluku dengan mayoritas agamanya kristen, dan lain-lain. 

Semua bersatu dalam negara Indonesia. Dengan memandang bahwa Indonesia memang terdiri dari berbagai perbedaan membuat sikap toleransi perlu adanya. Karena bila tidak tentu negara Indonesia dapat pecah karena terdiri dari banyak perbedaan.

Namun akhir-akhir ini banyak kasus mengenai perilaku intoleransi yang terjadi di negeri ini sebagai contoh yaitu perusakan rumah ibadah. Dikutip dari tirto.id ada sebanyak 32 Gereja dan 5 masjid Ahmadiyah yang ditutup selama periode 2013-2018. Hal tersebut terjadi karena adanya masalah antar kelompok yang membuat kericuhan yang berbuntut pada penutupan tempat ibadah tersebut.

Konflik ambon yang terjadi pada tahun 1999 membuat banyak orang meninggal. Hal ini juga diakibatkan adanya kebencian atas nama agama islam dan kristen yang membuat dua kelompok ini saling membunuh.

Mengutip pada diskusi yang diadakan oleh PBNU pada maret 2020, Gus Najih berpendapat bahwa "intoleransi lebih berbahaya bahkan dari terorisme. Karena negara kita ini didirikan atas asas kebhinekaan dan intoleransi menggrogoti sendi-sendi kehidupan kita.

Ia juga mengungkapkan, bahwa persoalan negeri suriah juga bermula dari intoleransi. Hal tersebut dimulai dengan beberapa orang yang bekerja di arab saudi kemudian pulang ke suriah dengan membawa ideologi yang intoleran. Sebagai contoh ada orang yang memperingati maulid nabi kemudian saat pulang dilempari batu dan seterusnya.

Tentunya bila masalah intoleran tidak terselesaikan hal ini dapat memicu terjadinya perang seperti yang terjadi di ambon dan suriah. Pemerintah harus tegas dalam menangani masalah intoleransi karena pemerintah mempunyai kekuatan dengan aparat keamanannya.

Indonesia adalah negara dengan perbedaan yang sangat banyak di dalamnya dan Pancasila mewadahinya dan melindunginya dengan baik.
Dengan pancasila kita diwajibkan untuk menghormati hak-hak orang lain, tidak memaksa dalam kegiatan beragama, tidak boleh memaksakan kehendak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun