Mohon tunggu...
Hafizh Ahsanurofiq
Hafizh Ahsanurofiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Kapitalisme Mengharamkan Subsidi?

17 Januari 2023   07:25 Diperbarui: 17 Januari 2023   07:37 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembicaraan kita pada hari ini terkait dengan kapitalisme atau sosialisme. Di zaman ini, sering kali menjadi pembicaraan yang manfaatnya tidak relevan. Kenapa? karena memang negara-negara di dunia sekarang ini tidak ada yang secara mutlak menggunakan sistem ekonomi kapitalis, atau sistem ekonomi sosialis. 

Bahkan negara yang paling kapitalis atau negara yang paling sosialis sendiri harus menerima kenyataan bahwa sosialisme itu membutuhkan kapitalisme dan demikian pun sebaliknya. Sehingga kita bisa mengetahui bahwa hampir seluruh negara atau bahkan seluruh negara di dunia ini menggunakan sistem ekonomi campuran. 

Di Indonesia sendiri menggunakan sistem ekonomi Pancasila. Maksud sistem ekonomi Pancasila sama seperti ekonomi campuran. Walaupun kajiannya adalah kajian yang unfaedah, saya ingin membawa ini ke dalam satu pembahasan yang membawa  pada satu kesadaran tertentu. 

Maksudnya begini, selama ini kita sudah pernah mengetahui bahwa kapitalisme ini seperti sosialisme, tetapi jarang diantara kita yang mengetahui bagaimana logika berpikir mereka. Sehingga mereka menghasilkan gagasan ekonomi yang seperti ini.

Dalam hal ini, kita akan berbicara dalam kaitannya dengan subsidi. Bagaimana subsidi itu dalam sudut pandang kapitalis generasi  awal? Kita awali dari definisi. Apa yang dimaksud dengan subsidi? subsidi itu adalah insentif dari satu pihak tertentu untuk menjalankan satu sektor ekonomi tertentu sampai rentang waktu tertentu seperti itu. Siapakah yang memberi insentif ? yang dimaksud itu biasanya pemerintah, tetapi terbuka untuk siapapun untuk sektor ekonomi apapun yang dianggap layak untuk dibantu.

Sampai kapanpun, inilah yang di Indonesia menjadi sebuah masalah besar. Ada segolongan orang di Indonesia yang menyatakan bahwa subsidi Itu adalah sebuah keharusan dan itu permanen, karena bagaimanapun negara itu berkewajiban untuk mensejahterakan rakyat. Dalam pandangan ini ada beberapa subsidi itu yang memang harus dibuat permanen, karena sejatinya pada bidang itu masyarakat terus-terusan membutuhkannya, tetapi disisi lain ada pihak-pihak yang menyatakan sebaliknya, justru bahwa subsidi itu hanya boleh diterapkan pada rentang waktu tertentu. 

Misalkan, dalam kondisi aksidental, karena bencana alam atau karakteristik tertentu tetapi tidak bisa secara permanen, karena akan merusak mentalitas dan merusak persaingan pasar. Tidak tahu soal benar dan salahnya, tapi untuk orang-orang kapitalis tentu saja mereka melihat bahwa subsidi itu adalah sesuatu yang sangat buruk, apalagi kalau subsidi itu permanen atau tidak terkendali.

Kenapa mereka bisa mengatakan hal yang semacam itu? saya sampaikan dua dimensi berpikir mereka. Yang pertama itu adalah masalah teknis. Yang kedua itu adalah masalah yang lebih besar lagi, terkait dengan efek domino yang akan muncul ketika subsidi itu diterapkan atau subsidi secara permanen itu diterapkan. Kita mulai dari hal yang teknik dulu. Pada kenyataannya adalah ketika kita menjalankan sebuah subsidi maka subsidi itu pasti akan salah sasaran. Kalau barang yang disahkan, research sekarang kemudian lihat data-datanya. 

Maka, di semua sektor di mana ada subsidi, di situ pasti Akan terjadi penyalahgunaan atau akan terjadi kesalahan target. Kenapa seperti itu? karena tidak mungkin ada satu data tertentu yang bisa mengakomodasi soal insentif ini. Diceritakan begini, bahaya ini hal yang sangat sederhana aja. Ada seorang ahli teori konspirasi yang mengatakan bahwa konflik itu palsu, konflik itu hoax, dan karena itu dia jalan ke mana -mana tanpa protokol kesehatan dan dia berusaha untuk mempengaruhi orang-orang juga untuk tidak percaya terhadap covid. 

Dia katakan juga, misalkan di mall-mall di acara demonstratif tidak menggunakan masker kemudian mengatakan ini orang-orang bodoh semua yang pakai masker. Mereka itu tercuci otaknya oleh elit global dan sebagainya.

Sampai 1 kali dia kena covid, karena tidak menggunakan protokol kesehatan.  Kemudian dia kritis di rumah sakit. Apa yang terjadi di rumah sakit akan memberikan kepada dia subsidi atau insentif gara-gara dia menjadi korban covid. Masalahnya adalah bahwa dia menjadi sakit covid itu karena dia memutuskan sendiri untuk sakit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun