Mohon tunggu...
mhd naufal ramadhan
mhd naufal ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa program studi Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya dariUniversitas Sumatera Utara (USU). Hobi yang saya gemari ialah menggambar, membaca, dan mendengarkan lagu. Harapan saya di masa yang akan datang tulisan yang saya ketik dapat membuat banyak informasi yang berguna dan bermanfaat untuk para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak sebagai Wayang Orangtua?!

14 Desember 2022   19:56 Diperbarui: 16 Desember 2022   10:31 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Mhd Naufal Ramadhan/Dr. Dra. Gustianingsih, M.Hum., CP.NLP.

Perkembangan pemikiran seorang anak tak jarang di anggap salah oleh orang tua, setiap orang tua tentu saja menginginkan anaknya menjadi seorang yang sempurna tapi hal tersebut kerap kali menjadi boomerang bagi seorang anak, karena kurangnya edukasi yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang dimana karena hal tersebut sang anak akan menjadi sulit untuk mengekspresikan dirinya dan tak jarang juga mental seorang anak menjadi down atau bahkan muncul rasa tidak percaya diri untuk menggapai keinginan nya sendiri, di karenakan harapan orang tua tersebut berubah menjadi beban bagi sang anak.

Di kutip dari halodoc.com "Kepribadian seorang anak di tentukan dari bagaimana cara ajar orang tua kepada sang anak". Seorang anak juga harus memiliki ruang untuk bebas berekspresi agar anak tersebut akan tumbuh menjadi seseorang yang memiliki jati diri, cara berpikir yang luas, dapat menentukan jalan hidup dengan mudah dan anak tersebut akan tumbuh menjadi seorang yang lebih mandiri dan bermental tangguh.

Sebelum kita mulai lebih lanjut alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu kesehatan mental? Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera dimana setiap individu biasa mewujudkan potensi mereka sendiri. Nah anak-anak zaman orang tua kita dulu memiliki kekuatan mental yang berbeda dengan zaman sekarang, apa sih bedanya? 

Bedanya adalah era dulu lebih percaya bahwa mendidik seorang dengan cara tegas akan membangun mental sang anak menjadi kuat, dan sangat berbanding terbalik dengan era sekarang dikarenakan sudah banyak metode mendidik anak tanpa kekerasan (Parenting anak).

Karena adanya perbedaan itu orang tua sering kali meremehkan anak mereka jika mengeluh akan masalah yang sedang mereka jalani, dan karena orang tua meremehkan mental sang anak hal itu membuat anak tersebut akan makin tertutup kedapa orang tua mereka, karena takut di remehkan atau di anggap berlebihan sama orang tua mereka sendiri. Padahal alasan seorang anak mengeluh itu karena mereka butuh bantuan dari orang tua untuk menghadapi hal yang sulit mereka jalani.

Jika mental sang anak terus-terusan di remehkan maka hal itu akan menimbulkan kepribadian buruk kepada sang anak, contohnya sang anak akan menjadi sosok yang lebih tertutup, susah bersosialisasi dan bahkan susah memberi rasa percaya kepada orang lain bahkan orang tua mereka sendiri. Maka dari itu pentingnya untuk para orang tua lebih memperhatikan kesehetan mental anak mereka, karena kesehatan mental itu juga penting bagi pertumbuhan karakter sang anak dan jika orang tua terus-terusan membedakan masa mereka dengan masa anak mereka, maka anak mereka akan sulit untuk memiliki tujuan untuk dirinya sendiri.

Karena adanya perbedaan cara didik pada zaman orang tua dulu dengan zaman sekarang, para orang tua lebih percaya bahwa jalan yang mereka jalani adalah jalan yang terbaik untuk anak-anak mereka, padahal hal itu belum tentu menjadi yang terbaik bahkan bisa aja jalan yang di tentukan oleh orang tua tersebut menjadi jebakan bagi sang anak, karena jalan yang di lalui oleh mereka memberi kesuksesan belum tentu jalan tersebut memberikan hal yang sama kepada sang anak, bisa saja jalan yang di anggap gagal oleh orang tua menjadi jalan kesuksesan bagi sang anak.

Maka dari itu para orang tua harus bisa memberi kepercayaan mereka kepada sang anak untuk memilih masa depan mereka, bukan berarti para orang tua tidak boleh bercampur tangan untuk memilih masa depan, mereka tentu saja boleh tapi dengan catatan alangkah baiknya para orang tua juga untuk memberi saran terbaik untuknya bukan memaksa sang anak untuk mengikuti kemauan orang tua.

Dan untuk para orang tua juga jangan terlalu over protective atau membatasi anak  terlalu berlebihan karena hal tersebut akan membuat sang anak menjadi buta akan pilihan hidup karena selama ia anak-anak hingga dewasa jalannya selalu di atur, ia merasa menjadi "sebuah wayang yang di mainkan oleh orang tua". Seorang penulis asal Korea Selatan, HAENIM SUNIM pernah berkata "Biarlah mereka mempertanggung jawabkan pilihan mereka sendiri, seperti saat kita terkena penyakit maka kita akan memiliki kekebalan tapi jika kita berusaha melindungi seseorang maka orang tersebut tidak akan memiliki kekebalan dalam menghadapi hidupnya".

Baiklah point penting yang dapat kita simpulkan ialah orang tua harus lebih supportive kepada mental dan kemajuan yang dimiliki oleh anak, para anak juga harus bisa perlahan untuk mencoba terbuka kepada orang tua dan juga bisa lebih berani untuk memberi argument atau pendapat yang dimiliki, orang tua juga harus bisa masuk ke dunia yang di miliki oleh anak mereka karena mereka juga memiliki impian yang ingin di support oleh orang-orang sekitar mereka terutama orang tuanya dan yang paling penting ialah kita harus lebih menyadari betapa pentingnya peran kesehatan mental anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun