Mohon tunggu...
Mhd Haikal
Mhd Haikal Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka sekali membaca :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Kita Orang yang Beriman?

29 April 2015   18:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430925253258248426

[caption id="attachment_415537" align="aligncenter" width="300" caption=""][/caption]

Ciri orang yang meyakini kekuasaan Tuhan adalah pada perasaan tenang, damai dan jauh dari rasa khawatir. Pertanyaannya, apakah perasaan-perasaan yang saya sebutkan ini sudah ada pada Anda ketika Anda berdoa kepada Tuhan?


Karena bila Anda telah berdoa kepada Tuhan tetapi tetap tak mampu menghilangkan rasa khawatir ini maka itu sesungguhnya menunjukkan belum tebalnya keimanan Anda.


Sesungguhnya keimanan sangat berkaitan erat dengan kekhawatiran. Hubungan keduanya berbanding terbalik, artinya semakin tinggi kekhawatiran adalah indikasi semakin rendahnya keimanan, dan semakin rendahnya kekhawatiran adalah pertanda semakin tingginya tingkat keimanan.


Dengan pemahaman seperti ini maka akan lebih mudah mengukur tingkat keimanan kita. Keimanan biasanya merupakan sesuatu yang abstrak dan tak mudah diukur. Namun kekhawatiran walaupun juga abstrak tetapi relatif lebih mudah diukur. Ini karena kekhawatiran lebih sering berkaitan dengan sesuatu yang bersifat lebih konkret.


Sesungguhnya ujian terbesar keimanan adalah kalau kita menghadapi masalah. Dan karena masalah senantiasa memunculkan kekhawatiran maka ujian terbesar keimanan sesungguhnya adalah pada kadar kekhawatiran yang kita miliki. Karena itu keimanan dan kekhawatiran sesungguhnya adalah dua hal yang berbanding terbalik: Semakin tinggi keimanan semakin rendahlah kekhawatiran.


Sederhananya: Tingkat Keimanan + Tingkat Kekhawatiran =  10


Selamat mengukur tingkat keimanan anda


(diambil dari buku Happiness Cafe karya Arvan Pradiansyah; kisah inspiratif orang-oarang yang bahagia meskipun 'seharusnya' tidak bahagia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun