Mohon tunggu...
Mhd Haikal
Mhd Haikal Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka sekali membaca :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Swordless Samurai

14 Juli 2013   14:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:34 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski  kaum samurai Jepang identik dengan pedang, pertempuran dan kekerasan ternyata nilai-nilai pemersatu kaum samurai bukanlah pedang. Nilai-nilai itu adalah diplomasi. Dengan diplomasi, “Jepang Modern” berhasil dipersatukan oleh seorang ‘Samurai’ Jepang setelah bangsa tersebut tercabik-cabik akibat perang selama lebih dari 100 tahun. Adalah Toyotomi yang dijuluki “monyet kecil” oleh tuannya, Oda Nobunaga, karena perawakannya yang kecil, berkulit hitam, tidak bisa bertarung dan tidak berdarah samurai. Hidupnya berubah total semenjak menjadi penguasan Istana Kiyoshu sekaligus mewarisi pasukan samurai berkekuatan besar dari tuannya, Oda Nobunaga. Untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan, Toyotomi Hideyoshi menggunakan berbagai cara. Uniknya, Toyotomi Hideyoshi tidak mengirimkan samurai berkuda yang diikuti perang, pertempuran dan lumuran darah. Ia menggunakan cara “komunikatif” sehingga para tuan tanah beserta samurai pengawalnya tunduk berada di dalam kekuasaannya. Diplomasi dan pendekatan yang dilakukan Toyotomi Hideyoshi tidak hanya sekadar pendekatan biasa, tetapi mengandung latar belakang dan filosofis yang sangat dalam. Salah satu contoh nyata adalah penaklukkan Panglima Motochika dari klan Chokosabe. Meski ia membawa 120.000 prajurit ke provinsi yang dikuasai klan Chokosabe tidak ada satupun prajuritnya—dan juga prajurit Motochika—yang kehilangan nyawa. Toh nyatanya, Chokosabe berada di dalam genggaman kekuasaannya. Apa yang ditawarkannya ke Panglima Motochika ? Begitupun ketika Toyotomi Hideyoshi hendak menguasai Kyushu dan berhadapan dengan penguasanya Yoshihisa dan panglimanya, Akizuki. Semua berakhir tanpa harakiri dan mereka kembali menguasai wilayah kekuasaannya seperti sediakala. Tentu kita bertanya, buat apa bertempur dan memenangkan perang jika tidak merampas dan menguasai daerah jajahan ? Tapi Toyotomi Hideyoshi tidak menggunakan strategi tersebut. Ia meninggalkan wilayah bekas pertempuran tersebut dengan tetap memperoleh kemenangan besar yang menjadi faktor sangat penting dalam mempersatukan Jepang di bawah kekuasaannya. Toyotomi Hideyoshi seringkali dijadikan rujukan bagi bangsanya untuk memenangkan pertempuran, memenangkan strategi dagang dan pemerintahan negara di era modern. Saking terkenal dengan strateginya, Toyotomi Hideyoshi sering dirujuk sebagai negarawan dan ahli diplomasi dibandingkan seorang samurai. Semua cara pandangnya telah melebihi jaman ketika ia hidup, sehingga banyak pemikirannya yang selalu digunakan oleh beberapa negara modern untuk memajukan bangsanya hingga saat kini. The Swordless Samurai karya Kitami Masao terbitan Pustaka Inspira.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun