Kesan menghindar juga tampak ketika dihadapkan pada isu yang berkaitan dengan kesejahteraan prajurit, seperti fasilitas rumah dinas yang sudah tidak layak atau prajurit yang meninggal bukan di medan peperangan. Mereka  gugur karena human errors dan ketidakpedulian para elite pemimpin untuk meningkatkan anggaran fasilitas militer. Cerita tentang kanibalisme atau tukar menukar komponen antar pesawat  bukan lah cerita isapan jempol. Ini adalah sebuah reallity show yang tragis (baca:ironis) bagi sebuah bangsa besar seperti Indonesia.
Sedangkan nun jauh di sana, para petinggi negeri dan wakil rakyat yang terhormat itu justru mempertontonkan parodi politik yang jauh dari harapan rakyat. Mereka masih sibuk menyusun berbagai jurus politik untuk mempertahankan kursi kekuasaan. Soal kesejahteraan rakyat, dan juga para prajurit bukan lah prioritas yang harus diselesaikan hari ini.
Kalau benar ini yang terjadi saat ini, berarti warung Kopral Jaka (seperti yang dimuat di Harian Kompas), masih tetap menjadi pilar utama untuk keberlangsungan kehidupannya sehari-hari. Gajinya sebagai prajurit belum mencukupi untuk menghidupi istri dan anaknya yang baru menginjak usia sekolah dasar. Bukan cerita yang aneh bila sebagian prajurit terbiasa menggadaikan barang-barang atau utang kanan kiri sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di saat kesulitan ekonomi mendera rumah tangganya, tugas negara tetap harus mereka jalankan. Mungkinkah para prajurit ini masih bisa bertahan menegakkan Merah Putih kalau persoalan periuk nasi saja masih menjadi problem harian ?
Ini lah salah satu kisah tragis para ponggawa negeri yang tugasnya mempertahankan tanah air Indonesia. Sesungguhnya, mereka tidak berharap banyak. Bukan fasilitas yang serba wah yang mereka inginkan. Tapi apa salahnya, kalau pimpinan negara ini segera mewujudkan sedikit tambahan agar tidak utang kanan kiri lagi. Bukan harta atau tahta yang ingin mereka wariskan. Tapi kebanggaan sebagai prajurit adalah cerita yang akan mereka wariskan kepada anak cucunya kelak. Seperti cerita Bapa Mertua yang selalu bangga menjadi bagian dari Tentara Nasional Indonesia. Dan, kebanggaan itu akan mereka pegang sampai hayat di kandung badan.
Jaya lah Indonesia
Salam Beblog dari Kemang Pratama (09/02/2010)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI