Kalau ditanya soal keuangan keluarga saat Ramadan, sebenarnya tidak jauh beda saat bulan lainnya. Kami bukan pekerja kantoran yang tiap bulan jelas pendapatannya. Semua bergantung sejauh mana Allah menitipkan sejumlah rupiah dalam keuangan kami setiap hari. Banyak alhamdulillah, sedikit juga harus alhamdulillah.Â
Sedikit banyak pun tergantung di tangan siapa rezeki itu ditempatkan. Ada yang diberi banyak tetapi tetap mengeluh karena gaya hidup tidak mampu hanya segitu. Ada yang diberi sedikit tetapi selalu tercukupi karena gaya hidup memang tidak aneh-aneh. Semuanya kembali pada pribadi masing-masing.Â
Nah, Ramadan biasanya identik dengan belanja:
- takjil
- menu sahur
- persiapan Lebaran
- keperluan keluarga besar ketika silaturahim
Namun, semuanya tetap bisa dijalani dengan bahagia asal tahu saja menempatkan diri. Jika memang cukup menu takjilnya hanya satu macam, yaa jangan maksa beli 2-3 macam. Jika belum mampu beli baju Lebaran, pakai baju yang lama saja dan pasti masih bagus kalau memang hanya dipakai saat Lebaran saja.Â
Itu prinsip dalam keluarga kami yang menurut orang terdekat adalah kehidupan yang pasrah dan tidak mau berusaha lebih. Padahal ya kami mau-mau saja lho pakai barang-barang bermerk mahal semua, tetapi kalau Allah bilang belum saatnya, mau memaksa seperti apa? Khawatir malah gila karena merasa Allah tidak adil. Belum lagi selalu muncul penyakit hati dengan orang sekitar yang tampak dari mata kita selalu berlebihan.Â
Nah, agar keuangan keluarga tetap sehat, kami menjalankan prinsip:
Kalau Masih Bagus Dipakai, Tidak Usah Beli Baru
Tidak hanya untuk baju Lebaran. Barang lain pun demikian. Jika pun harus membeli itu karena ada faktor lain yang memang butuh untuk beli. Ingat! Butuh ya, bukan pengen.Â
Takjil Secukupnya, Tidak Lapar Mata
Berapa banyak sih tempe mendoan yang bisa masuk ke perut saat berbuka? Cuma 1-2 dan selebihnya akan terasa kenyang, bukan? Namun, sayangnya banyak yang denial. Merasa masih kurang sehingga makan terus tidak terkontrol. Belum lagi dengan menu berat tetap dihabiskan.Â
Hasilnya apa? Kekenyangan, ibadah terhalang dan pastinya boncos juga karena tiap hari berlebihan.Â
Jadi, kalau ke pasar takjil atau pesan menu takjil, kami beli secukupnya kami. Ketika beli seadanya kemudian habis, maka sudah cukup. Segitu jatah hari ini. Diusahakan tidak ada sisa karena pasti akan terbuang. Jatuhnya mubazir.Â