Aktivitas Idulfitri dari Tahun ke Tahun: Silaturahim Menebar & Mencari Maaf -Â Setelah menuliskan aktivitas idulfitri yang paling sakral kemarin, maka tibalah di bagian kedua ini saya menuliskan tentang aktivitas idulfitri yang sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun.Â
Idulfitri yang menjadi penantian selama sebulan oleh ummat Islam menjadi momen penting untuk kemudian kembali menjadikan diri bersih dari dosa. Sebagaimana harapan doa-doa kita di akhir Ramadan tentang pengampunan dosa dan mohon pada Allah untuk kemudian memberikan rahmatNya kepada kita. Bersih dari dosa sebagaimana layaknya bayi yang baru lahir memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak hal yang berpengaruh sehingga momen maaf-maafan bukan sekadar dilaksanakan karena tradisi atau bahkan keterpaksaan karena melihat orang rama-ramai melakukannya.Â
Kehadiran puasa, zakat kemudian hari raya Idulfitri menjadi satu rangkaian bagaimana seorang ummat manusia berjuang menahan segala macam hawa nafsu, membersihkan harta hingga kemudian melapangkan dada dengan kesalahan orang-orang sekitarnya. Tak sekadar mengucapkan "maaf lahir bathin" karena hakikat kalimat ini adalah bagaimana seseorang berjuang untuk mendapatkan pengampunan yang tak hanya dari Allah tetapi juga sesama manusia.Â
Silaturahim untuk Menebar dan Mencari Maaf
Aktivitas idulfitri di kampung halaman saya pun hampir sama dengan orang kebanyakan. Selesai shalat Ied, sungkeman ke orang tua, selanjutnya adalah silaturahim. Silaturahim di sini pun tak hanya keluarga dekat tetapi juga ke orang-orang yang sebelumnya mungkin tak pernah bertegur sapa dengan kita atau bahkan tidak mengenal. Mereka para tetangga yang boleh jadi kita hanya menganggapnya tetangga hanya karena dinding tembok rumah bersebelahan padahal mereka pun butuh perhatian dari kita, setidaknya bersikap toleransi, terlebih jika memang berbeda keyakinan.Â
Mencari maaf untuk segala khilaf kita tak selalu menunggu kita memiliki salah terlebih dahulu. Sebab kita tak pernah bisa menyadari kesalahan kecil seperti apa yang kelak menjadikan tetangga, saudara atau siapapun merasa kurang nyaman berada di dekat kita. Jika berdalih bercanda, tidak semua hati memiliki kelapangan untuk menerimanya sebagai konteks bercanda juga. Bener kan? Tak sedikit orang kemudian jatuh terjerumus dalam kejahatan yang keji hanya karena kesalahan kecil.Â
Memberi maaf untuk segala khilaf yang orang lain lakukan kepada kita. Sengaja atau tidak sengaja, kembalikan urusan tersebut pada Allah. Kecewa? Sedih? Tak terima? Itu wajar ada di dalam diri kita, namun tidak untuk disimpan berlarut-larut. Karena tidak seperti uang ketika disimpan lama akan tetap menjadi uang, sedangkan rasa sedih, kecewa, sakit hati dan sejenisnya ketika disimpan berlarut-larut justru akan merusak hati kita sendiri. Hasilnya? Kebenaran akan sulit kita terima ketika dendam masih bersemayam di dalam diri.Â
Jadikan momen idulfitri ini untuk selalu yakin bahwa setiap ada kesalahan membutuhkan maaf agar segalanya bisa terus berjalan sesuai koridornya. Ketika Ramadan dan Idulfitri telah lewat, maka jadikan semangat dan nilainya masih tertanam selama 11 bulan kemudian hingga bertemu dengan Ramadan selanjutnya.Â
***Â
Taqabbalallahu minna waminkum...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H