Menangislah di 10 Malam Terakhir Ramadan!-Â Sedih sekali rasanya sudah tersisa menghitung hari menuju lebaran. Kalau ada yang tanya mengapa sedih? Bukannya bahagia karena sudah selesai perjuangan berpuasa? Ah, lagi-lagi menjawab ini tentu hanya mampu tersampaikan pada jiwa yang memaknai Ramadan pada garis yang sama.Â
Jika kembali membaca sirah Nabi bagaimana perjuangannya melewati Ramadan dari tahun ke tahun, tentu banyak pelajaran yang bisa dipetik dan pastinya diikuti sesuai kemampuan. Sebab satu yang pasti, Ramadan tak pernah janji akan datang menemui kita lagi tahun depan. Olehnya itu banyak hal yang akan menjadi upaya agar Ramadan benar-benar dimanfaatkan dengan baik.
Menangislah...Â
10 Malam terakhir Ramadan berangsur pergi. Meninggalkan bekas atau tidak, diri kita sendiri yang kemudian mampu menjawabnya. Meskipun sejatinya setelah Ramadan akan tampak hasil didikan Ramadan sebulan ini. 11 bulan selanjutnya menjadi tolak ukur bagaimana penggemblengan selama Ramadan itu benar-benar menyisakan makna.Â
Jikalau kemudian merasa tak bisa keluar dari Ramadan untuk jadi lebih baik, maka menangislah...Â
Tangisi penyesalan itu sekarang juga sebelum kemudian Ramadan tak lagi benar-benar menyapa tahun depan. Karena satu pun jiwa tak pernah ada yang mampu memastikan akan bertemu lagi dengan suasana puasa, tarawih bahkan menghidupkan malam di bulan Ramadan...Â
Menangislah Lebih Keras Lagi...Â
Kelalaian yang kita perbuat akan menjadi saksi kelak di hadapan Allah dan para malaikat bahwasanya Ramadan tak begitu istimewa untuk kemudian diperjuangkan.
Saya pun teringat dengan sebuah hadits yang berkata:Â
"Celakalah seorang hamba yang mendapati Ramadan kemudian Ramadan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum terampuni."Â (HR. Ahmad)Â
Betapa meruginya diri ini jika selama sebulan Ramadan ampunanNya tak menghapus dosa-dosa kita. Maka menangislah meminta maaf padaNya di sisa-sisa malam terakhir Ramadan. Â