catatan perjalanan Bandung Jakarta 24 september 2018
Perjalanan Bandung-Jakarta (vice versa) menggunakan moda transportasi mobil, sampai dengan tulisan ini ditulis, menjadi perjalanan yang "menakutkan" bagi saya. Terbayang di kepala, lebih dari satu titik kemacetan yang setiap titiknya membuat setiap menit perjalanan terasa sangat panjang. Berbagai hambatan yang muncul, mulai dari perbaikan jalan; pembangunan fly over; kecelakaan di jalur sendiri; kecleakan di jalur sebelah (iya jalur sebelah, soalnya jalur kita melambat nonton kecelakaan jalur sebelah); sampai macet yang tidak puguh, membuat perjalanan menjadi sangat panjang, dan terasa lebih panjang dari sebenarnya. Ya terasa lebih panjang dari sebenarnya, karena waktu kan relatif ya, saat mengerjakan sesuatu yang kita senangi, tentu waktu terasa berjalan sangat cepat, pun sebaliknya.Â
Sebenarnya, yang membuat terasa sangat panjang adalah karena tidak adanya kepastian berapa lama macet ini akan berlangsung. 1 jam, 2 jam, atau bahkan 6 jam. saat terjebak di km 50 arah jakarta, rasanya waktu berjalan lambaaat sekali, apalagi kalau jalur sebelah lancar, ingin rasanya kugulingkan becak agar jalur sebelah ikut macet. hehe. Efek dari macetnya jalur mobil, membawa keberkahan bagi jasa kereta api argo parahyangan. Jalur yang sempat ditinggalkan saat pertama dibuka tol cipularang, kini menjadi jalur yang sangat ramai diminati commuter Bandung-Jakarta.Â
sebenarnya, waktu tempuh yang ditempuh seseorang saat menggunakan kereta api sampai dengan tujuan akhir di jakarta bisa jadi tidak berbeda jauh dibandingkan dengan menggunakan mobil. hal ini terjadi karena posisi stasiun gambir yang relatif cukup jauh di jangkau dari beberapa tempat di Jakarta, dan kemacetan di dalam kota Jakarta menambah ketidakpastian baru saat penumpang tiba di Jakarta. Namun, kenapa saat ini kereta api sangat diminati kembali? kesimpulan saya sampai saat ini adalah KEPASTIAN. Penumpang kereta api merasa nyaman dengan kepastian waktu tempuh untuk mencapai TUJUAN mereka.Dua hal ya, KEPASTIAN, dan TUJUAN.
Dua hal ini  berlaku untuk seluruh kehidupan kita, apa TUJUAN kita, dan apa yang sudah PASTI datang. tanpa mengetahui kemana TUJUAN kita, dan menyadari apa yang PASTI datang, maka niscaya hidup akan terasa hampa.
Melalui firman Allah, kita bisa menemukan KEPASTIAN Â yang tidak dapat terbantahkan dan tidak dapat dihindari oleh siapapun, yaitu kematian.
Kullu nafsin dzaaiqatul maut-setiap yang bernyawa PASTI merasakan kematian (QS Ali Imran 185). Dengan menyadari hal ini saja, harusnya kita sudah bisa mengambil banyak hikmah mengenai hidup, kemana kita setelah mati, ada apa disana, kenapa kematian bersifat satu arah, dan berbagai pertanyaan lain selalu muncul dalam benak saya, dan sungguh kematian tidak dapat dihindarkan oleh siapapun "Tiap-tiap umat memiliki ajal (batas waktu); maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya walau sesaatpun dan tidak dapat pula menundakannya." (QS.al-A'raaf: 34).Kemudian KEPASTIAN ini membawa kita pada gambaran akan TUJUAN akhir kita, yaitu kehidupan setelah mati.pertanyaan berkecamuk dikepala....
kenapa kita mati setelah hidup?
lebih jauh lagi, kenapa kita dihidupkan dari ketiadaan?
sebenarnya berapa lama waktu tempuh saya di dunia ini untuk mencapai TUJUAN akhir?