Mohon tunggu...
Muhammad Hamzah
Muhammad Hamzah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar

Kajian IHSAAN | Madrasah Al-Imtiyaaz | Makassar English Plus (MEP) | Al-Markaz for Khudi Enlightening Studies (MAKES) | Pesantren Modern IMMIM | Aktivasi IKHLAS | Pelatihan Shalat | Kota Makassar, Sulawesi Selatan |

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Orang Dewasa dan Anak Pelaku Tindak Kekerasan

14 Oktober 2014   00:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:09 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perkelahian atau pemukulan antar anak kerap terjadi di kehidupan sehari-hari.
Kadang kita perlu melebih-lebihkan gambaran suatu peristiwa yang seharusnya disajikan secara wajar.
Tindak kekerasan meski tidak boleh dilakukan, adalah hal yang 'wajar'. Sering terjadi meski tentu tak boleh dibiarkan dan saat yang sama tak boleh dilebih-lebihkan situasinya.
Ketika suatu tindak kekerasan terjadi di lingkungan sekolah, dengan gegabah tudingan segera dialamatkan kepada para guru.
Bagaimana bila kebetulan tindak kekerasan tersebut terjadi di lingkungan tempat ibadah? Akankah tudingan kepada para 'agamawan' juga mengalir? Apakah hal yang sama juga bakal dialami orangtua bila kekerasan tersebut terjadi di lingkungan rumah?
Sebagian besar, bila tidak ingin dikatakan seluruh, tindakan atau perilaku anak muncul karena faktor MENIRU perilaku orang dewasa yang ada di sekitarnya (termasuk yang tampil di layar TV, ponsel, atau monitor komputer). Tidak lebih.
Bila orang dewasa memperlihatkan tindak kekerasan di depan anak-anak, maka jangan heran bila hal itu akan dengan cepat ditiru oleh mereka.
Bila anak-anak bertengkar sehebat apapun, maka bisa dipastikan mereka akan kembali bermain dan tertawa bersama dalam waktu singkat. Bandingkan dengan orang dewasa.
Menyikapi sebuah peristiwa tindak kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak secara wajar adalah hal paling pertama yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa seperti Anda dan saya.
Selanjutnya, tundalah memberi siraman nasehat berbalut untaian kata-kata mutiara. Dahulukan KETELADANAN. Beri mereka contoh bagaimana orang dewasa menyelesaikan masalah mereka TANPA KEKERASAN.
Damailah dunia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun