Kita tidak bisa menghindar dari situasi sulit seperti musibah/bencana, kekacauan (chaos), atau kejadian yang menimbulkan ketakutan, kecemasan, kepanikan dan sejenisnya. Ada saja peristiwa-peristiwa yang tidak mengenakkan yang terjadi dalam berbagai fase atau periode hidup kita (kecil, remaja, dewasa, tua). Dewasa ini telah berkembang berbagai metode yang disampaikan pada seminar atau pelatihan berbiaya hingga jutaan rupiah untuk menenangkan jiwa, pikiran, perasaan/emosi di kala situasi sulit... namun, sejak diturunkan belasan abad lalu, metode yang ditawarkan Islam masih jauh lebih unggul dibanding metode-metode mutakhir berbiaya jutaan rupiah. Tentu klaim pada paragraf di atas bisa dikatakan "sepihak" dan subyektif. Hanya saja, bila penulis tidak pernah mencoba sendiri beragam metode di antaranya meditasi, relaksasi (tanpa atau dengan musik), olah nafas, pemrograman pikiran melalui metode NLP, self-hypnosis kemudian membandingkannya dengan metode yang dianjurkan ajaran Islam, maka tentu penulis tidak berani mengajukan klaim bahwa metode yang dianjurkan Islam lebih superior. Jadi, seperti apa metode yang ditawarkan Islam untuk menghadapi situasi sulit? Dzikrullah dan Doa. Klise? Ya iyalah, wong metode ini sudah berusia belasan abad (eh, meditasi juga, kan?). Tehnik dzikr dan doa sudah banyak dijelaskan oleh para ulama dari masa ke masa sehingga penulis menganggap tidak perlu lagi  mengulangi pembahasannya. Tulisan ini, selain bermaksud menyegarkan kembali ingatan, hendak memperlihatkan sebuah "proses sederhana di balik layar" yang terjadi ketika mengimplementasikan dzikr dan doa di kala situasi sulit melanda jiwa.
Ketika muslim menghadapi situasi sulit, terdapat sebuah periode "kritis", saat yang menentukan. Lamanya, kira-kira 10 detik hingga beberapa menit. Nah, di periode kritis inilah kita menerapkan dzikr dan doa. Dzikr, mengingat Allah SWT danmenyebut namaNya. Setelah itu, kita berdoa, memanggil Allah SWT dan meminta/memohon kepadaNYa sesuatu yang ada kaitannya dengan situasi sulit yang sedang kita alami. Dalam konteks ini, saya mengibaratkan diri manusia seperti sebuah kolam dan situasi sulit laksana sebuah batu yang masuk/jatuh ke dalam kolam sehingga menimbulkan riak (ketidaktenangan, kegelisahan) dan membuat kolam menjadi keruh (timbul kepanikan). Pada situasi seperti ini, dzikrullah berperan untuk "menenangkan" diri, menghalau rasa gelisah. Doa berguna "menjernihkan" diri (pikiran), menjadikan pandangan kembali jernih dan terang. Efek dzikrullah dan doa dalam menenangkan serta menjernihkan diri berlangsung sangat cepat, instant. Paling tidak itulah yang berulang kali penulis rasakan. Ketenangan dan kejernihan pikiran dirasakan paling lambat dalam kurun waktu lima menit setelah melakukan dzikrullah dan doa. Ketika diri sudah tenang dan pikiran kembali jernih, muncullah beragam solusi atau jalan keluar dari situasi sulit yang sedang dialami. Solusi atau jalan keluar tersebut adalah "hasil" dari doa (doa kita dikabulkan Allah SWT). Terdapat beragam kalimat-kalimat dzikrullah yang bisa kita gunakan dalam situasi sulit plus 99 asmaul husna. Adapun doa, selain bisa menggunakan kalimat-kalimat yang terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah, kita bisa menggubah sendiri doa sesuai dengan situasi dan rasa bahasa kita. Bagaimana jika dzikrullah dan doa tidak memberikan ketenangan, kejernihan, dan solusi? Itu berarti, cara kita melakukan dzikrullah dan berdoa masih belum sempurna. Mungkin, ada pemahaman yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Bila hal itu dialami, ada baiknya berkonsultasi (baca: berguru, mengaji) kepada ulama yang MEMPRAKTEKKAN dzikrullah dan doa dalam kehidupan keseharian mereka. Semoga membantu. Makassar, 19 Januari 2012 Edit: tampilan gambar/diagram untuk tulisan ini terlihat kecil dan tak dapat dibaca. Berkali-kali sudah berusaha saya coba "besarkan" lewat menu pengaturan gambar di dashboard namun hasilnya tidak sesuai keinginan. Mohon dimaafkan, ya... gambar dengan tampilan lumayan besar bisa terlihat di akun facebook saya dengan mengklik tautan INI. (20/01/12)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H