Mohon tunggu...
Muhammad Hamzah
Muhammad Hamzah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar

Kajian IHSAAN | Madrasah Al-Imtiyaaz | Makassar English Plus (MEP) | Al-Markaz for Khudi Enlightening Studies (MAKES) | Pesantren Modern IMMIM | Aktivasi IKHLAS | Pelatihan Shalat | Kota Makassar, Sulawesi Selatan |

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mencerna 'Breaking News' Bang Iwan Piliang

18 April 2012   02:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:29 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334710973517853939

Tulisan ini masih ada kaitannya dengan tulisan terdahulu penulis, yaitu "Antara Kompas, Kompasiana, dan Kompasianer plus Anas Urbaningrum" yang menyoroti kemampuan kita membedakan antara opini dan fakta. Kali ini, yang akan dijadikan obyek kemampuan di atas adalah 'breaking news' bang Iwan Piliang (IP), seorang Kompasianer yang juga dikenal sebagai seorang citizen reporter.

Ada dua butir 'news' yang disajikan IP pada akun twitter beliau. Butir pertama perihal 'sakitnya' Abraham Samad, Ketua KPK saat ini. Butir kedua adalah tentang 'data' pemeriksaan Angie (Angelina Sondakh?) yang 'hilang' di KPK. Dua butir inilah yang penulis ingin 'cerna'. Sebagai dasar, penulis menempatkan sebuah tangkapan atau cuplikan layar (screenshoot) 'breaking news' IP yang ditandai dengan dua buah 'kotak' pada tulisan ini.  Tangkapan layar tersebut penulis ambil hari ini, 18 April 2012. Tulisan ini dimaksudkan untuk menggambarkan proses mencerna 'breaking news' tersebut. Dalam hal ini penulis menempatkan diri sebagai konsumen 'news' yang diwartakan oleh IP meski ada adagium di dunia bisnis bahwa konsumen adalah raja, namun tidak berarti opini penulis sebagai konsumen 'news' ini seluruhnya benar/tepat. Untuk 'news' pertama, tentang Ketua KPK yang sakit, penulis mencerna berita tersebut dengan serangkaian pertanyaan berikut:

  • Siapa sumber IP yang menyebut Ketua KPK sakit? Siapa yang IP maksud sebagai 'kerabat Samad' pada tweet-nya?
  • Apakah 'kerabat Samad' ini kredibel? Bila ya, FAKTA atau BUKTI apa yang bisa mendukung informasi sakitnya Ketua KPK?
  • Apakah IP, sebelum menulis 'news' tersebut, sudah melakukan verifikasi, check and recheck terhadap informasi tersebut? Apakah hasil verifikasi dan check and recheck itu adalah FAKTA dan BUKTI kuat nan tak terbantahkan bahwa memang benar Ketua KPK sakit.
  • Bila memang benar Ketua KPK sakit, apakah sakitnya itu potensial mengganggu kerja beliau atau tidak? Bila tidak, apa urgensi (baca:kepentingan) IP  memberitakan sakit yang 'tidak mengganggu kinerja' itu?

Soal berita 'data pemeriksaan' Angie yang hilang, berikut beberapa pertanyaan yang bisa diajukan dalam rangka mencerna informasi ini:

  • Apa yang IP maksud dengan 'data pemeriksaan'? Kata 'data' sangat umum/generik. Apakah yang beliau maksud adalah berkas acara pemeriksaan (BAP) penyidik KPK? Bila bukan, 'data' apa yang dimaksud?
  • Bila 'data pemeriksaan' ini demikian penting, pertanyaan paling pokok adalah mengapa bisa hilang? Di KPK lagi!
  • Menarik pula untuk bertanya, apakah IP memiliki wewenang legal formal untuk mengakses informasi apa yang terjadi di internal KPK? Bila tidak, kembali kita bertanya kredibilitas sumber informasi beliau. Valid or invalid? Sudahkah IP melakukan verifikasi dan pemeriksaan ulang ke sumber legal formal KPK sebelum menulis 'news' itu?

Itulah serangkaian pertanyaan-pertanyaan sederhana yang timbul dalam benak penulis ketika membaca 'breaking news' IP. Ada beberapa pertanyaan dan 'anak' pertanyaan yang ada dalam benak namun tak penulis sajikan dalam tulisan ini. Hasil mencerna news IP seharusnya menjawab hal berikut:

  • Apakah 'breaking news' bang Iwan Piliang ini sarat fakta atau sarat opini.
  • Apa urgensi 'breaking news' ini ditulis.

Satu hal lagi yang menarik perhatian penulis namun tidak terlalu penting untuk dicerna: benarkah sakitnya Ketua KPK KARENA hilangnya 'data pemeriksaan' Angie? Ini tidak memerlukan proses mencerna yang lama karena dalam tweet tersebut, beliau menggunakan frasa 'dugaan saya' yang tingkat keakuratannya sudah kita ketahui bersama. Pesan kepada diri sendiri: jangan mudah menyebarkan berita yang belum kita verifikasi dan periksa ulang fakta-faktanya. Bila ini kita lakukan secara konsisten, maka para penyebar berita penuh opini menjadi tidak bahagia karena usahanya untuk menggiring opini publik ke arah yang mereka inginkan berbasis berita nir fakta, telah GAGAL. Mohon koreksinya bila ada yang keliru, ya... Selamat beraktifitas! Makassar 18 April 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun