Sandaran hidup manusia beragam. Harta, tahta, wanita/pria adalah sandaran hidup yang paling populer. Kemudian ada pula yang menjadikan "ilmu", benda-benda "pusaka/keramat", kesaktian, ajian atau mantra yang dalam percakapan sehari-hari di kalangan Bugis-Makassar disebut "baca-baca" sebagai pegangan hidup.
Tidak sedikit pula yang menjadikan sesama manusia sebagai sandaran hidup. Ada yang menamakannya pemimpin, selebritis, ilmuwan, orangtua, kekasih (pacar, suami/istri) dan lain sebagainya. Malah, ada juga yang mengandalkan "diri sendiri" sebagai sandaran/pegangan hidup. Hanya sebagian kecil saja dari kalangan manusia yang menjadikan Tuhan sebagai sandaran, cantolan, pegangan, backing/beking hidupnya. Itu pun seringkali manusia berpaling atau bahkan lari menghidar dari Tuhan, sandaran hidup mereka sendiri.
Soal apa atau siapakah sandaran hidup yang paling tepat tergantung pada masing-masing individu. Pengalaman subyektif saya mengajarkan bahwa sandaran hidup terbaik dan paling komplit adalah Tuhan.
Dalam hal uang/harta, Tuhan adalah sandaran terbaik karena Dia yang paling kaya. Meski banyak yang menyandarkan kondisi keuangannya kepada karir/pekerjaan, atasan, perusahaan, bahkan kepada pemerintah, namun sandaran uang/harta yang terbaik menurut saya tetaplah Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam urusan cinta dan kasih sayang, Tuhan-lah yang paling mengerti/memahami dan mencintai saya. Dia tidak pernah berkhianat; justru sayalah yang seringkali mengkhianati-Nya. Dia tidak pernah menjauh/memutuskan hubungan; justru sayalah yang sering memutuskan hubungan atau paling tidak menjauh dariNya. Limpahan kasih sayangNya tidak pernah berhenti tercurah kepada saya meski seringkali saya mengabaikannya. Tuhan adalah Pecinta yang paling tangguh!
Dalam soal jabatan, posisi atau karir, Tuhan adalah jagonya. Dia adalah Raja Diraja. Pemilik kerajaan langit dan bumi. Karena itu bila Dia memuliakan orang, maka seluruh posisi bergengsi di dunia ini menjadi tidak keren lagi. Dengan menjadikan Tuhan sebagai sandaran hidup saya berharap bisa dimuliakan di sisiNya (Amin ya rabb al-alamin).
Itu sebabnya saya sekuat tenaga berusaha terus menyandarkan diri kepadaNya meski pada saat yang sama ada begitu banyak godaan dan tawaran untuk beralih dari Tuhan. Alhamdulillah, saya merasa dengan menguasai teknik "Diri-Kini", upaya saya untuk bertahan menjadi jauh lebih mudah dan merasa sedikit lebih kuat menolak tawaran menggiurkan untuk berpindah sandaran hidup...
Efek buruk bila seseorang kehilangan sandaran hidupnya amat jelas. Mulai dari stress hingga depresi. Atau mulai berubah menjadi pecandu hingga bunuh diri. Hiiiii.. syerem....
(Tulisan ini adalah 'pengembangan' dari catatan harian saya. Terima kasih sudah membaca).
Makassar, 26 Februari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H