Mohon tunggu...
Ha Amzan
Ha Amzan Mohon Tunggu... -

move from oon to on-line

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pahlawan

10 November 2013   03:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:22 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada orang berpendapat bahwa pahlawan itu hanyalah korban-korban. Mungkin orang itu benar. Tapi orang-orang yang berani menjadi korban memang sangat sedikit sekarang ini, baik karena keegoisannya maupun karena faktor lain.

Pada saat ini, ketika prinsip ekonomi menjadi falsafah hidup, pahlawan yang muncul lebih banyak accidental hero, atau pahlawan-pahlawan yang maju tak gentar membela yang bayar. Mengharapkan pahlawan seperti zaman dulu yang maju ke medan laga melawan penjajah sebagai ungkapan rasa nasionalismenya, sangat sulit ditemukan pada zaman sekarang. Bahkan anak-anakpun kehilangan pahlawannya dirumah mereka sendiri. My father is hero hanya menjadi sebuah judul cerita fiksi.

Ketika dunia nyata disuguhkan pertengkaran orang tua, tawuran antar kampung, pertengkaran anggota dewan yang terhormat, dan pertengkaran selebriti karbitan, maka anak-anak mulai mencari cari pahlawan di dunia fiksi: superman, spiderman, megaloman, dan om man – om man lainnya. Kalau melihat anak- anak sekarang apatis terhadap lingkungan sekitarnya atau bahkan cenderung seperti penderita autisme, maka jangan salahkan mereka.

Di dalam dunia nyata, di mana kita hanya memiliki ruang dan waktu yang terbatas, dan logika hanya memberi peluang untuk melangkah dari satu titik ke titik tertentu, maka orang-orang mulai mencari dunia tanpa batas. Orang-orang kaya yang hidup dalam rutinitas, atau tekanan pekerjaan, akan berusaha mencari dunia extasy, dunia gemerlap, pokoknya dunia yang mampu melupakan ingatan tentang kenyataan.

Sementara orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, atau malas mengubah nasib, atau tidak tegar dengan derita hidup, biasanya akan tidur lebih lama, dan berharap mimpi yang lebih indah dari pada kenyataan, hanya sebagai pelarian dari pedihnya dunia nyata. Maka orang - orang patah hatipun berkilah, My bed is so possessive. Every morning it does not want me to leave.

Ketika internet benar-benar menemukan dunia baru, dunia maya, lengkap sudah kebahagiaan mereka. Bapak, ibu, dan anak memiliki dunianya masing-masing. Dunia autisme gaya baru. Ketika seorang guru meminta muridnya untuk memaknai sebuah komputer, maka sang murid dengan tangkas menjawab: komputer adalah sebuah tempat di mana teman-teman kami bernaung.

Dunia maya benar-benar menjadi dunia nyata dan dunia nyata ada di dalam dunia maya. Kalau ada seorang nenek membunuh maling di sebuah negeri entah di mana dan kita belum pernah menginjak kaki di sana, maka kita bisa tahu dari dunia maya bahwa itu benar-benar nyata. Di dunia maya orangpun dengan mudah berkoloni mengidola seseorang. Seseorang yang hidup tentu saja, hidup di dunia nyata.

Maka tidak heran, di dunia mayalah orang-orang mulai menemukan pahlawan sejati mereka, lengkap dengan riwayat hidup yang dibutuhkan, dan bisa berinteraksi langsung dengan sang pahlawan. Pahlawan bukan lagi legenda yang sulit dijangkau. Dunia maya memungkinkan siapapun punya peluang yang sama untuk menjadi pahlawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun