Mohon tunggu...
Mhalik Parilele
Mhalik Parilele Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sivil Society

Memiliki hobi menulis apa saja, kecuali skripsi. Tulisan bisa saja dari apa yang di lihat, dengar, rasakan kemudian terpikirkan dan tertulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Tidak Cukup "Kotor" untuk Hukum Tuhan

15 Oktober 2017   23:30 Diperbarui: 15 Oktober 2017   23:31 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar pukul 18.15 WITA, saya menemani kakak menjenguk sepeda motornya yang sudah hampir seminggu di operasi. Ya, karena beberapa onderdilnya sudah akik-akik. Dari ujung ban sampai atas kaca spion di Chek-Up. Luar dalamnya tak luput dari sentuhan tangan tlaten sang mekanik.

Katanya malam ini motornya sudah bisa di bawa pulang. Hanya perlu sedikit menyetel tinggi-rendah gas dan menyodorkan sumbangan angin ke dalam ban. Tapi itu belum di kerjakan lantaran menunggu kakak saya dulu. Sekalian langsung di coba, supaya pas. Begitu urai mekanik setiba di bengkel.

Selang beberapa menit, kebetulan saya duduk berdekatan dengan kakak, ada anak kecil yang menghampiri kami.

"yyaaaammmm... aammmm.. daaa". Begitu kira-kira kalimat yang keluar dari mulut anak ini. Mengajak kami berbicara. Tapi saya tidak begitu jelas memahami kalimatnya. Kami perhatikan lamat-lamat. Dan mulai paham maksud dari kalimatnya. Dia menanyakan ayam.

Saya tidak tau ayam apa yang ditanyainya. Kakak saya juga ikut bingung. Anggapanku, Mungkin anak ini salah mengenali orang. Saya cuma cengengesan menatapnya. Sesekali berucap 'Ohh' sambil mangguk. Yahh, mau gimana lagi... saya tak paham. Lalu anak itu pergi.

Anak kecil itu ternyata putra pemilik sekaligus mekanik bengkel ini. Kakak saya yang memberitahu. Pemilik bengkel ini sudah begitu akrab dengannya. Ini bengkel langganan kakak saya. Itulah kenapa Dia berani menitipkan motornya untuk di perbaiki berhari-hari disini. Sementara saya baru kali kedua menyambangi tempat ini. Pertama kesini, juga dengan tujuan yang sama. Mengecek motor.

Saya hanya sibuk mengotak-atik layar android. Demikian juga kakak saya. Tidak ada obrolan apapun. Mesin motor sedang dipanaskan. Belum dipreteli. Sebelumnya, Pemilik bengkel tadi lagi kemesjid menunaikan shalat. Malam itu sudah memasuki waktu isya.

Lagi asyik-asyik menatap layar android, saya di kejutkan dengan percikan air. Spontan lekas menghindar. Ternyata anak ini bermaksud menyiram kami. Untung jaraknya agak jauh. Jangkuan sirmannya tidak utuh sampai kebadan saya. Hanya sedikit tampias-tampias air.

Saya memang sudah menduga demikian tentang anak itu. Cuma saya belum terlalu yakin dengan dugaan sendiri. Kalau Cuma masalah nakal, anak kecil lain juga banyak yang nakal. Dan  barulah keyakinan itu bulat ketika kakak saya memberitahukan. "Anak ini tidak normal seperti anak kecil lainnya, ada gangguan kejiwaan bawaan dari lahir. Tingkah lakunya seperti itu. Bicaranya tidak begitu jelas. Cuma, Dia agak sedikit nakal".

Tidak lama, pemilik bengkel ini sudah balik dari masjid. Dia mengganti pakaian shalatnya dan motor mulai di preteli. Kakak saya juga ikut membantu. Sebatas bantu melihat dan diajak ngobrol. Saya tidak ikut, lagi sibuk dengan android.

Istri pemilik ini menyuguhkan tiga gelas kopi susu. Buat kami bertiga, saya, kakak dan pemilik bengkel. Saya dipersilahkan menyerubutnya. Cuma belum mau karena masih menunggu keduanya selesai perbaiki motor. Kopi susunya masih utuh parkir di muka saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun