Jakarta- Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Telah melakukan kegiatan studi lapangan pada mata kuliah 'Pengantar pengembangan masyarakat' yang di ampu oleh Bpk. M. Jufrie Halim, S. Ag., M. Si sebagai tugas akhir semester yang dilaksanakan di wilayah Kalideres, Jakarta barat (27/01/2023).Â
Seringkali, Usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) sering tersepelekan oleh segelintir orang. Namun, nyatanya dari UMKM inilah dongkrak perekonomian masyarakat bisa teratasi seperti, terbukanya lapangan pekerjaan, adanya wadah untuk masyarakat belajar dan sebagainya. Tak jarang juga, masyarakat dari desa banyak yang pindah dari pedesaan ke perkotaan demi mencari kadang rezeki (Urbanisasi) sehingga, UMKM kecil menjadi salah satu yang mereka tuju sebagai wadah mereka mengadu nasib.Â
Saya M. khafidz albanan beserta rekan-rekan kelompok saya melakukan wawancara mengenai hal tersebut di kampung KOPTI (Koperasi tempe Indonesia) yang berada di Kelurahan Semanan, kec. Kalideres, Jakarta barat. Kami melakukan wawancara secara subjektif terhadap para pelaku mitra UMKM daerah setempat.Â
Rata-rata warga setempat adalah produsen tempe dan juga oncom. Mereka adalah deretan pengusaha pengolahan tempe yang memang bertempat tinggal pada satu daerah yang sama dan menjadikan pembuatan tempe dan oncom ini, salah satu komoditi penjualan untuk mendongkrak perekonomian masyarakat setempat. Hal tersebut adalah sebuah inovasi yang menurut kami, itu adalah trobosan yang efektif guna menekan angka minim nya lapangan pekerjaan. Karena, Rata-rata mereka mempunyai sebuah gudang produksi ataupun pabrik secara mandiri, dan juga mempunyai berberapa karyawan tetap yang bekerja di dalamnya.Â
Dampak dari adanya kampung produsen tempe dan tahu ini, nampaknya cukup efektif dalam ke-swasembadaan suatu daerah / wilayah. Yang dimana masyarakat yang tinggal di dalam nya mempunyai visi yang progresif. Dimana mereka, mementingkan untuk membuka usaha dan itu juga berarti semakin luas nya keterbukaan lapangan pekerjaan untuk orang atau masyarakat lain di sekitar.Â
Namun, masih disayangkan. Untuk konsep keberlanjutan di dalamnya, pemerintah masi tutup mata dalam melihat peluang perekonomian tersebut. Mereka (Para masyarakat produsen Tempe) masih membuat atau memproduksi tempe dengan alat dan bahan yang mereka produksi sendiri atau bisa dikatakan masih secara tradisional. Dan juga cara pendistribusiannya masih tergolong belum efektif secara menyeluruh. Mereka masih menjual secara perorangan ataupun dijual di pasar melalui pengadah atau juragan di pasar.Â
-Refleksi : Mh. Khafidz Al banan, Mahasiswa Aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (05/07/2023)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H