[caption id="attachment_269236" align="alignleft" width="300" caption="durian (dok.pri)"][/caption]
Bagi sebagian orang, menyebut kata “” berarti membayangkan suatu akhir dari masa tugas, masa berkarya atau akhir dari sebuah ikatan dengan penyelenggara kerja.Tetapi kata ‘pensiun’ sepertinya tidak hanya digunakan oleh orang yang bekerja secara formal atau orang yang tercantum sebagai salah satu bagian suatu institusi atau perusahaan saja. Karena ternyata istilah ‘pensiun’ pundigunakan oleh beberapa orang yang tidak secara langsung terikat sebagai karyawan atau pekerjaan formal, seperti contohnya olahragawan/ti. Namun tentu kita sepakat, bahwa kata ‘Pensiun’ adalah suatu batas dimana seseorang akan berhenti atau dihentikan dariikatan suatu aktifitas yang terkait dengan orang lain sebagai pemberi upah. Lalu terlintas dalam pikiran saya. Kelak jika seseorang memasuki masa pensiun apakah berarti berakhir pula masa produktifnya? dan apa sesungguhnya yang kita angankan saat itu terjadi.
Ketika saya bertugas di suatu desa kecil di wilayah DI Yogyakarta, saya bertemu dengan seorang Bapak yang memiliki rumah dan lahan sangat luas dengan berbagai tanaman produktif didalamnya.Dilahan itu beliau memiliki pohon durian, dan salak. Setiap pagi bapak ini pergi ke ladang yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, untuk meninjau setiap kegiatan yang dilakukan oleh para penggarap. Ladangnya dipenuhi pohon cabai merah yang tumbuh subur dan berbuah banyak.
Dari pengakuannya, Bapak tersebut bukanlah penduduk setempat. Beliau lahir , dan dibesarkan di kota Jakarta. Dan barudi akhir masa tugasnya sebagai seorang Kepala di salah satu Sekolah Swasta terkenal di Jakarta, beliau memutuskankan untuk pindah dan menetap di desa itu. Desa yang bahkan bukan tempat leluhurnya berasal. Beliau menginvestasikan sebagian besar uang pensiunnya untuk menekuni bidang pertanian, yang kemudian menjadi pengisikegiatan setelah beliau pensiun.Beliau mengatakan “Saya merencanakan ini sejak saya masih muda, dan saat ini saya bahagia menjalaninya. Saya mengambil manfaat dari apa yang saya kerjakan. Bisa mempekerjakan orang lain, dan tetap produktif meski usia sudah tidak semuda dulu. Saya bisa tetap menikmati hidup, dalam suasana pedesaan yang segar seperti ini. Dan yang paling penting ….saya bahagia.”
Saya tertegun memikirkan apa yang beliau katakan. Meskipun pensiun untuk saya… bila dilihat dari batasan ukuran usia, itu masih cukup lama untuk dijelang. Terlintas dalam pikiran saya, sudah cukup layakkah saya memikirkan masa pensiun itu saat ini?
[caption id="attachment_269237" align="alignleft" width="300" caption="saving (dok.pri)"]
Banyak cara yang ditempuh untuk mempersiapkan masa pensiun. Ada yang menilai, masa pensiun lebih diartikan sebuah masa menanti tutup usia. Namun tak sedikit yang mengartikan masa pensiun, sebagai episode kedua dalam memaknai hidup, sebelum raga tak mampu lagi menghasilkan sesuatu. Sebagian besar orang berpikir bahwa untukmenjalani masa itu yang terpenting hidup terjamin secara financial.Namun tak sedikit pula mereka juga memikirkan kebahagian hati dan ketentraman.
Jadi…. Kapan persiapan masa pensiun itu harus mulai dipikirkan?Kembali kepada diri masing-masing, seberapa penting makna menjalaninya kelak dikala masa itu tiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H