Ketua Konferensi Serikat Pekerja Indonesia(KSPI) Said Iqbal akhir-akhir ini gencar menyerang Jokowi.
Serangan tersebut diatasnamakan memperjuangkan nasib buruh.
Awalnya KSPI bersama serikat buruh lain di Jakarta.
Mereka menuntut UMP DKI tahun 2014 sebesar 3,7 juta.
Namun akhirnya Jokowi mengetok
UMP DKI tahun depan sebesar 2,4 juta.
Setelah penetapan UMP tersebut, meski tidak puas serikat-serikat buruh berhenti demo di balaikota Jakarta.
Akan tetapi tidak dengan KSPI.
Ketua KSPI Said Iqbal terus ngotot menggerakkan para buruh agar tidak berhenti demo.
Mereka akan terus demo sampai Jokowi menuruti kemauan mereka.
Karena tidak digubris Jokowi, Said Iqbal gencar menghujat Jokowi.
Kemarin Said mengatakan jika Jokowi mau menjadi presiden maka harus diuji.
"Kami menguji Jokowi karena dia calon presiden terkuat menurut survei. Enak saja mau jadi presiden tidak diuji. Jangan mengurusi monyet aja."
Hari ini Said mengeluarkan kata-kata lebih parah lagi.
Dia menghimbau para buruh agar tidak memilih Jokowi jika nyapres tahun depan. Said mengatakan Jokowi akan lebih berbahaya dari Suharto.
" Bagi buruh jika Jokowi jadi presiden, ini berbahaya. Bahkan mungkin lebih berbahaya dari era Suharto."
Sebenarnya apa sih motif kengototan Said Iqbal ini?
Disaat para buruh yang lain di seluruh Indonesia sudah berhenti demo, mengapa KSPI malahan makin ngotot?
Tuntutan KSPI bagaikan 2 mata pisau yang tajam bagi Jokowi.
Jika tidak dituruti maka Jokowi akan dianggap buruh sebagai pemimpin tidak pro rakyat.
Ini merugikan Jokowi secara politis.
Namun jika Jokowi menuruti kemauan KSPI maka Jokowi akan menjadi penyebab ekonomi nasional goyah.
Coba bayangkan!
Apabila Jokowi menetapkan UMP DKI 3,7 juta maka buruh di Bodetabek akan berdemo lagi menuntut kenaikan UMK diwilayahnya .
Hal itu karena mereka iri atas kenaikan upah buruh DKI.
Selanjutnya akan merembet ke seluruh Indonesia.
Para buruh di seluruh Indonesia juga iri atas kenaikan upah di Jabodetabek.
Alhasil banyak perusahaan akan berteriak tidak mampu memenuhi upah buruh tersebut.
Pengusaha tinggal pilih: relokasi atau menutup pabrik.
Akibatnya pengangguran di tanah air meningkat tajam.
Karena investasi menurun dan angka pengangguran tinggi maka surutlah ekonomi nasional.
Maka disaat inilah rakyat akan mencari kambing hitam.
Telunjuk mereka akan mengarah ke Jokowi.
Secara politis ini juga merugikan Jokowi.
Bahkan kerugian politisnya nampaknya lebih besar dibanding jika Jokowi tidak menuruti KSPI.
Itulah efek politis jika Jokowi menuruti serta sebaliknya tidak menuruti kemauan KSPI.