Mohon tunggu...
MGifari Ramadhani
MGifari Ramadhani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Main bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Antara PDRB Lapangan Usaha dan Jumlah Pertumbuhan Ekonomi dengan Dinamika Jumlah Penduduk

23 Desember 2024   05:34 Diperbarui: 23 Desember 2024   05:34 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PDRB yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, serta pendekatan pengeluaran. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku disusun berdasarkan harga yang berlaku di periode perhitungan, dan bertujuan untuk mengetahui struktur perekonomian. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.Perekonomian suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh struktur lapangan usahanya. Kota Cimahi, yang terletak di Provinsi Jawa Barat, memiliki potensi ekonomi yang bervariasi, mencakup sektor pertanian, perikanan, dan industri. Memahami Produk Regional Domestik Bruto (PRDB) berdasarkan lapangan usaha sangat penting untuk merumuskan kebijakan pembangunan yang efektif. PRDB merupakan indikator utama yang mencerminkan total nilai barang dan jasa yang dihasilkan di suatu daerah dalam periode tertentu. Dengan menganalisis PRDB berdasarkan lapangan usaha, kita dapat mengidentifikasi sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Data harga yang berlaku juga berperan penting dalam memahami dinamika pasar dan daya saing produk lokal.Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang PRDB menurut lapangan usaha dan harga yang berlaku, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Kota Cimahi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.Laju pertumbuhan penduduk juga memegang peranan penting dalam menentukan arah dan keberlanjutan pembangunan ekonomi. Peningkatan jumlah penduduk berpotensi menambah permintaan terhadap berbagai barang dan jasa, namun juga dapat memberikan tantangan tersendiri dalam hal penyediaan infrastruktur, layanan kesehatan, dan pendidikan. Oleh karena itu, pemantauan dan analisis terhadap pertumbuhan penduduk sangat penting dalam merancang kebijakan yang efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.Analisis data PDRB dan KependudukanProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran penting yang menunjukkan nilai total barang dan jasa yang dihasilkan di suatu daerah dalam periode tertentu. PDRB tidak hanya mencerminkan aktivitas ekonomi, tetapi juga berfungsi sebagai indikator kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi, yang diukur melalui PDRB, dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk investasi, konsumsi, pengeluaran pemerintah, dan neraca perdagangan. Di sisi lain, jumlah penduduk berperan krusial dalam mempengaruhi PDRB. Pertumbuhan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan barang dan jasa, sehingga mendorong produksi dan pertumbuhan ekonomi. Berikut adalah tabel dan Grafik PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Berlaku.


Tabel.1 PDRB Lapangan Usaha Atas dasar harga berlaku Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat tahun 2014-2023

Grafik.1 PDRB Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat tahun 2014-2023

GRAFIK: (DIOLAH)
GRAFIK: (DIOLAH)
Tabel. 2 PDRB Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat tahun 2014-2023

BPS KOTA CIMAHI 2024 (DIOLAH)
BPS KOTA CIMAHI 2024 (DIOLAH)
Grafik. 2 PDRB Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat tahun 2014-2023

GRAFIK: (DIOLAH)
GRAFIK: (DIOLAH)
Berdasarkan Tabel dan Grafik PDRB di atas dapat diketahui bahwa adanya perbedaan diantara PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Dari table atas harga berlaku terlihat adanya pola yang cukup menarik pada nilai PDRB dari tahun 2014 hingga 2023. Nilai PDRB cenderung sangat stabil, dengan fluktuasi yang sangat kecil. Hampir semua nilai PDRB berada di kisaran 98.41 hingga 98.53 miliar rupiah. Sedangkan pada atas harga konstan Nilai PDRB pada tabel ini mengalami fluktuasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tabel sebelumnya. Terdapat kenaikan dan penurunan yang cukup drastis dari tahun ke tahun. Tidak seperti tabel sebelumnya yang menunjukkan nilai PDRB yang relatif stabil, tabel ini menunjukkan pola yang lebih tidak konsisten. dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua tabel. Fluktuasi nilai PDRB pada tabel kedua jauh lebih besar dan tidak menunjukkan pola yang konsisten seperti pada tabel pertama. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan karakteristik daerah, peristiwa ekonomi yang signifikan, atau perbedaan dalam kualitas data.


Tabel. 3 jumlah kependudukan Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat tahun 2014-2023

BPS KOTA CIMAHI 2024 (DIOLAH)
BPS KOTA CIMAHI 2024 (DIOLAH)
Grafik. 3 Jumlah Kependudukan Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat tahun 2014-2023

GRAFIK: (DIOLAH)
GRAFIK: (DIOLAH)
Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kota Cimahi berubah dari waktu ke waktu. Kita dapat melihat bahwa jumlah penduduk Kota Cimahi mengalami fluktuasi, artinya jumlahnya tidak selalu meningkat setiap tahun. Ada tahun-tahun di mana jumlah penduduk bertambah, dan ada juga tahun-tahun di mana jumlah penduduk berkurang.

Tabel 4.PDRB Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat tahun 2014-2023

BPS KOTA CIMAHI 2024 (DIOLAH)
BPS KOTA CIMAHI 2024 (DIOLAH)
Lapangan usaha sebagai sumber pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terinci dalam 17 sektor. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di Cimahi cenderung mengalami penurunan secara konsisten dari tahun 2014 hingga 2023. Pada tahun 2014, sektor ini menyumbang Rp 1,97 miliar terhadap PDRB, tetapi turun menjadi Rp 1,55 miliar pada tahun 2023. Penurunan yang paling mencolok terjadi pada 2019 ketika kontribusi sektor ini turun menjadi Rp 0,38 miliar, yang kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan struktur ekonomi atau tekanan terhadap sektor primer di wilayah tersebut. Walaupun mengalami sedikit pemulihan setelah 2020, sektor ini tidak menunjukkan peran yang semakin signifikan dalam struktur ekonomi Cimahi. Industri pengolahan, yang merupakan sektor strategis di banyak daerah, juga mengalami fluktuasi yang sangat signifikan. Pada tahun 2019, sektor ini memberikan kontribusi yang tinggi mencapai Rp 13,96 miliar, tetapi anjlok pada tahun 2020 hingga menyentuh angka negatif Rp 0,74 miliar. Penurunan ini mungkin akibat dari terganggunya rantai pasokan dan pembatasan aktivitas industri selama pandemi. Namun, pada 2023, sektor ini menunjukkan tanda pemulihan meskipun nilai kontribusinya hanya mencapai Rp 0,56 miliar. Ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan belum sepenuhnya pulih ke tingkat yang sama sebelum pandemi. Sektor konstruksi juga mengalami gejolak serupa. Pada tahun 2019, konstruksi memberikan kontribusi yang cukup besar sebesar Rp 7,10 miliar. Namun, dampak pandemi pada tahun 2020 membuat sektor ini mengalami kontraksi tajam dengan nilai PDRB mencapai angka negatif Rp 2,79 miliar. Beruntung, pada tahun 2023, sektor konstruksi bangkit kembali dan mencatatkan angka Rp 9,74 miliar, yang menunjukkan pemulihan kuat di sektor pembangunan infrastruktur dan properti di Cimahi. Sektor transportasi dan pergudangan menunjukkan pola pertumbuhan yang positif hingga tahun 2018. Namun, setelah itu, terjadi penurunan signifikan pada tahun 2020 sebesar Rp -6,65 miliar, mungkin karena pembatasan mobilitas selama pandemi. Pada 2023, sektor ini tampaknya belum pulih sepenuhnya, hanya mencatatkan Rp 6,41 miliar, yang menunjukkan bahwa sektor transportasi masih menghadapi tantangan pasca-pandemi. Sektor informasi dan komunikasi adalah salah satu sektor dengan pertumbuhan paling konsisten dan signifikan sepanjang periode tersebut. Pada 2014, sektor ini menyumbang Rp 18,49 miliar dan terus meningkat hingga mencapai Rp 45,15 miliar pada tahun 2023. Pertumbuhan ini mencerminkan pentingnya sektor teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung ekonomi Kota Cimahi, seiring dengan meningkatnya digitalisasi dan penggunaan teknologi di masyarakat dan industri. Sektor administrasi pemerintahan dan jaminan sosial juga memperlihatkan fluktuasi, terutama pada masa pandemi. Tahun 2020 mencatat kontraksi sebesar Rp -0,87 miliar, yang menunjukkan dampak pandemi terhadap belanja
pemerintah dan layanan sosial. Namun, pada 2023, sektor ini kembali bangkit dengan kontribusi sebesar Rp 7,82 miliar, yang menunjukkan pemulihan aktivitas pemerintahan dan sosial. Sektor pendidikan di Cimahi memiliki tren yang relatif stabil, meskipun terdapat penurunan pada tahun 2021 (Rp 7,24 miliar). Hal ini mungkin disebabkan oleh dampak pandemi terhadap sistem pendidikan, dengan penutupan sekolah dan beralihnya proses belajar ke platform daring. Namun, sektor ini kembali menunjukkan pertumbuhan pada tahun 2023 dengan nilai kontribusi Rp 9,04 miliar, yang menunjukkan pulihnya aktivitas pendidikan setelah pandemi mereda. Secara keseluruhan, PDRB Kota Cimahi mengalami tren fluktuatif selama periode 2014 hingga 2023. Puncak PDRB terjadi pada tahun 2018 dengan nilai Rp 84,44 miliar, tetapi dampak pandemi COVID-19 sangat terasa pada 2020 ketika PDRB anjlok menjadi Rp 52,90 miliar. Pemulihan mulai terlihat pada tahun 2021, dengan PDRB mencapai Rp 98,19 miliar, dan terus meningkat hingga Rp 116,10 miliar pada tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Kota Cimahi berhasil bangkit setelah krisis pandemi, dengan banyak sektor yang mengalami pemulihan yang signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun