Mohon tunggu...
M Fuad Hasyim
M Fuad Hasyim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Filsafat Universitas Indonesia

Seorang Mahasiswa Filsafat yang menggeluti bidang psikologi, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat pikiran, eksistensialisme, sastra, budaya, dan teologi keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari Solusi Menjadi Polusi! Mengulas Kembali Plastik sebagai "Korban" Manusia

29 November 2023   15:28 Diperbarui: 29 November 2023   20:37 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plastik! Dari Solusi Hingga Polusi by Grid.id

Semua orang yang saat ini menyadari krisis alam dan lingkungan setuju bahwa plastik menjadi salah satu polutan paling berbahaya. Pasalnya, plastik dikatakan sebagai benda yang sangat sulit untuk diuraikan. Proses penguraian plastik setidaknya membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 10 tahun bahkan 1000 tahun untuk mengurai dengan sempurna.

Semua orang juga setuju mengatakan bahwa plastik berbahaya bagi kelangsungan hidup satwa. Banyak ditemukan satwa yang mati karena terjerat plastik. Lumba-lumba yang cacat karena terjerat kantong kresek, penyu yang siripnya hampir putus karena terlilit tali rafia. Belum lagi kematian satwa yang diakibatkan oleh memakan plastik karena dianggap sebagai makanan.

Kita semua setuju bahwa saat ini plastik menjadi salah satu polusi yang berbahaya bagi lingkungan. Bahkan sekarang mulai semarak pemberdayaan anti-plastik untuk mencegah pencemaran lingkungan akibat plastik sekali pakai. Di toko swalayan besar mulai membatasi penggunaan plastik.

Namun, kita juga harus tau bahwa sebenarnya plastik hanyalah korban dari manusia. Plastik selalu dijadikan kambing hitam dari berbagai masalah lingkungan yang terjadi saat ini.

Kalau kita mau berpikir lagi, pada dasarnya plastik diciptakan sebagai solusi dari penggunaan karet sebagai isolator panas. Plastik pertama kali diciptakan oleh Alexander Parkes pada pertengahan tahun 1800-an yang terbuat dari bahan organik dan selulosa. Namun, penemuan plastik pada masa itu belum bisa dipublikasikan dan dibuat terlalu banyak. Hal ini karena bahan baku yang masih mahal dan masih banyak menggunakan bahan karet mentah. 

Hingga pada tahun 1970 seorang ilmuwan kimia bernama Leo Baekland membuat plastik dari bahan sintesis yang tahan panas, tidak mudah terbakar, tidak meleleh, dan tahan terhadap larutan asam. Perkembangan plastik terus meningkat di tengah perang dunia 2, dan mulai dikomersialkan pada tahun 1974 ketika perusahaan roti di Amerika Serikat menggunakan plastik sebagai pengganti pembungkus kertas. Hingga saat ini, plastik digunakan sebagai benda yang lebih mudah digunakan dan murah.

Karena kemudahan yang diberikan dari terciptanya plastik ini, maka banyak orang mulai "keblinger" dengan menggunakan plastik. Lebih simpel, lebih ringan, tidak gampang sobek, tidak mudah bocor dan sebagainya. 

Kemudahan-kemudahan tersebutlah yang kemudian membuat manusia "nagih" untuk menggunakan plastik dalam berbagai kebutuhan. Sayangnya, ketidakbijakan manusia dalam menggunakan plastik kemudian menjadi sebuah bencana besar bagi kelangsungan lingkungan.

Plastik yang awalnya diciptakan sebagai solusi karena penggunaan karet yang berlebihan, kini menjadi polusi karena terlalu banyaknya plastik yang dibuang. Mirisnya, kita selalu menyalahkan plastik karena mencemari lingkungan. Dan di sinilah, plastik dijadikan sebagai kambing hitam dari pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini.

Terlebih dengan banyaknya permintaan masyarakat yang tinggi akan plastik, plastik yang harusnya diproses dengan tepat guna dan proporsional, harus terus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun