Mohon tunggu...
M Fuad Hasyim
M Fuad Hasyim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Filsafat Universitas Indonesia

Seorang Mahasiswa Filsafat yang menggeluti bidang psikologi, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat pikiran, eksistensialisme, sastra, budaya, dan teologi keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memaknai Kebebasan Ekologi Melalui Ketidaksadaran Manusia

27 November 2023   09:29 Diperbarui: 27 November 2023   10:14 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Create by Dall E Image Generator

Mungkin adalah naluri manusia untuk menyadari sesuatu setelah terjadi anomali di sekitarnya. Dalam beberapa dekade terakhir, telah muncul berbagai organisasi dan kelompok yang aktif dalam isu lingkungan, fokus pada upaya pencegahan perubahan iklim yang semakin mendesak. Banyak individu mengadopsi perspektif ekologis yang beragam, mengaitkan isu lingkungan dengan aspek lain yang dianggap relevan dan saling terkait.

Dalam konteks ini, isu-isu seperti lingkungan dan gender menyoroti peran sentral perempuan dalam mengatasi tantangan lingkungan. Isu lingkungan dan agama menggabungkan ajaran kitab suci untuk menekankan kewajiban menjaga lingkungan sesuai dengan fitrah manusia. Selain itu, ada banyak isu multidisipliner yang terkait dengan ekologi.

Penting untuk dicatat bahwa semua isu tersebut pada dasarnya terhubung dan saling mendukung. Pembagian ilmu pengetahuan ke dalam disiplin-disiplin tertentu mungkin memudahkan pemahaman, namun dapat juga membatasi pandangan holistik. Manusia seharusnya tidak terbagi menjadi spesialis dalam satu bidang tertentu, tetapi mencakup keseluruhan.

Salah satu konsep yang perlu ditekankan adalah bahwa semua isu ini sebenarnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Semua elemen memiliki koneksi dan korelasi yang saling mempengaruhi. Perpecahan ilmu pengetahuan menjadi bidang-bidang tertentu mungkin mengaburkan pandangan holistik kita.

Selanjutnya, penting untuk mengatasi konsep antroposentrisme yang masih menjadi kekhawatiran dalam ilmu ekologi. Pandangan ini menganggap bahwa seluruh alam semesta ada untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kesadaran akan keterbatasan alam semesta dan nafsu manusia yang tidak terbatas menjadi tantangan, terutama dalam masyarakat modern.

Konsumerisme, yang muncul sebagai hasil dari pembagian tugas yang tidak seimbang antara produsen dan konsumen, menjadi tantangan besar. Ketergantungan pada teknologi dan mesin semakin memperbesar sifat konsumerisme, menggerogoti sumber daya di sekitarnya.

Penting untuk menciptakan kesadaran akan lingkungan, mengganti sudut pandang antroposentrisme dengan ekosentrisme. Ini berarti menempatkan lingkungan pada tingkat yang setara atau bahkan lebih tinggi dari manusia. Sudut pandang ini dapat membantu mengubah perilaku konsumtif dan merintis jalan menuju keberlanjutan.

Sudut pandang kita harus diubah sedemikian rupa. Jangan sampai orasi dan program dari organisasi lingkungan harus berhenti dan sia-sia. Sekarang, kita harus mengubah sudut pandang, bukan menempatkan manusia sebagai subjek, tapi objek. Bukan menempatkan lingkungan sebagai objek, tapi sebagai subjek. 

Maksudnya, jangan biarkan kita yang terus menerus mengatur lingkungan harus menjadi apa dan bagaimana, tapi biarkan lingkungan yang menuntun kita untuk menjadi apa dan bagaimana. Kita harus mengubah pikiran kita bukan lagi "10 orang membutuhkan berapa makanan", tapi "10 makanan bisa cukup untuk berapa orang".

kita adalah bagian dari lingkungan, merusak lingkungan berarti merusak diri kita sendiri. Dengan  sudut pandang tersebut, kita bisa mengendalikan perubahan lingkungan, mencegah kerusakan lingkungan, ancaman kelangkaan pangan, dan seterusnya. Selain itu, kita juga bisa mengendalikan populasi agar lingkungan tetap cukup untuk jangka waktu panjang ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun