Mohon tunggu...
M Fuad Hasyim
M Fuad Hasyim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Filsafat Universitas Indonesia

Seorang Mahasiswa Filsafat yang menggeluti bidang psikologi, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat pikiran, eksistensialisme, sastra, budaya, dan teologi keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Masa Kini adalah Ilusi

25 Februari 2023   23:52 Diperbarui: 25 Februari 2023   23:57 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak ada yang nyata. Semua hanya ilusi yang diyakini ada. Semacam delusi yang mengganggu. Dan waktu merupakan ilusi paling jelas yang diyakini kebenarannya.

Tidak ada yang tahu apa yang dimaksud sebagai waktu. Waktu itu bukan siang atau malam, bukan pula lama atau sebentar, apalagi hanya jam. Semuanya adalah atribut yang digunakan untuk merepresentasikan adanya waktu. Lalu, waktu itu apa? Waktu adalah aliran yang tidak memiliki awal dan akhir, yang melingkupi dan mengurung kita semua.

Kalau kita mau melihatnya, waktu hanya ada tiga babak, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Masa lalu adalah apa yang telah terjadi, masa kini adalah apa yang sedang terjadi, dan masa depan adalah apa yang akan terjadi. Dari ketiga babak itu, yang paling bisa kita yakini keberadaannya adalah masa lalu. Sedangkan masa depan, hanyalah masa lalu yang belum terjadi dan masih berupa kemungkinan, dan masa kini hanyalah ilusi. Tidak ada yang namanya masa kini.  

Kenapa Masa Kini disebut sebagai Ilusi?

Masa kini disebut sebagai ilusi karena kita salah mengartikan, salah mempersepsi, dan salah menginterpretasikan tentang apa yang terjadi. Tidak ada yang namanya masa kini, karena penggunaan kata "masa kini" atau "saat ini" mengandaikan ada satu objek yang dirujuk secara persis. Sama seperti ketika kita mengatakan "Buku ini", kita akan merujuk ke buku yang sedang ditunjuk, buku yang diam dan bisa dilihat secara objektif. Sedangkan "masa kini" atau "saat ini" merujuk pada waktu yang saat ini sedang berjalan, yang seolah-olah bisa berhenti dan menunjukkan bahwa "ini adalah saat ini". Jadi, tidak ada yang namanya masa kini. Kita tidak bisa merujuk secara persis apa itu masa kini, karena waktu terus mengalir dan tidak bisa diberhentikan.

Kalau bisa digambarkan, aliran waktu layaknya rel kereta api, yang tidak berpangkal dan tidak berujung, yang dilewati oleh gerbong kereta yang tidak pernah berhenti. Kereta api adalah peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, dan rel adalah aliran waktu yang kita lewati dalam setiap peristiwa.

Kita tidak bisa menunjuk rel bagian mana yang dilewati oleh (misalnya) roda ketiga kereta api. Kita pasti akan menunjuk bahwa semua bagian rel telah dan akan dilewati oleh roda ketiga kereta api. Tapi kita tidak bisa menunjuk langsung, bahwa roda ketiga kereta api sedang melewati "rel bagian ini".

Masa kini adalah masa lalu yang baru saja terjadi. Karena kita tidak akan pernah bisa berdiri di satu titik waktu dan mengatakan bahwa ini adalah masa kini.

Waktu berjalan di belakang kita dan tidak akan pernah berhenti. Kita tidak bisa meminta waktu untuk berhenti dan menunggu kita untuk bertumbuh dan berkembang. Kita tidak punya jangkar untuk menambatkan waktu agar menuruti kemauan kita. Waktu adalah aliran yang tidak bisa dibendung.

Masa kini disebut sebagai ilusi karena tidak pernah ada, tapi kita yakini keberadaannya. Masa kini adalah masa lalu yang baru saja terjadi. Kita hanya melewati waktu, bukan berhenti pada satu waktu tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun