Mohon tunggu...
Muhammad Fajar Marsuki
Muhammad Fajar Marsuki Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Departemen Pendidikan IPA di UM dan Mahasiswa S3 Pendidikan IPA FKIP UNS

Dosen muda UM dan mahasiswa program S3 Pendidikan IPA FKIP UNS yang hobi membaca dan menulis tentang topik pendidikan dan teknologi informasi terbaru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Laut Indonesia: Potensi Sumber Energi Besar Tapi Tak Tersentuh

14 Juni 2024   12:00 Diperbarui: 14 Juni 2024   12:26 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Dari membuka mata hingga kembali menutup mata, manusia pasti selalu melibatkan pemakaian energi dalam setiap aktivitasnya. Misalnya saja Si Budi (Nama Samaran). Saat Budi bangun dari tidurnya, dia langsung berjalan menuju ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Air yang digunakannya dialirkan ke keran melalui pipa yang diambil dari sumber air menggunakan mesin pompa air. Mesin pompa air ini tentunya beroperasi dengan tenaga dari energi listrik. Kemudian saat Budi ke dapur untuk minum segelas air dari dispenser, dispenser tersebut juga beroperasi menggunakan tenaga dari energi listrik. Saat Budi memasak sarapannya, dia juga menggunakan kompor yang apinya diperoleh dari energi panas akibat reaksi pembakaran gas LPG. Saat Budi berangkat menuju kantornya, motor yang digunakannya juga bergerak dengan energi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (atau bensin) dari mesin motornya. Bahkan saat Budi akan tidurpun, dia menyalakan satu lampu tidur yang juga beroperasi dengan tenaga dari energi listrik. Bayangkan juga apabila 275,8 juta orang Indonesia juga melakukan hal yang sama dengan Si Budi, berapa banyak energi yang diperlukan?

Data dari Bapan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan bahwa konsumsi listrik per kapitas di Indonesia pada tahun 2023 berada di angka 1.285 kWh/tahun. Kalau dihitung, 275,8 juta orang x 1.285 kWh/orang = 354,4 milyar kWh atau setara 354,4 TWh. Hal yang lucu muncul ketika PLN merilis laporan tahunan 2023 yang menunjukkan bahwa kapasitas listrik nasional hanya mencapai sekitar 73 GWh. Lalu, dari mana negara dapat memenuhi kebutuhan listrik yang mencapai 354,4 TWh tersebut? Hal tersebut memang harus mempertimbangkan apakah seluruh pasokan listrik telah merata di seluruh pelosok Indonesia dan apakah ada sumber energi lain yang digunakan oleh masyarakat selain dari PLN. Terlepas dari perhitungan tersebut yang sudah benar atau tidak, kenyataannya Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Tentu saja kebijakan tersebut tidak sejalan dengan tujuan Indonesia yang juga berkomitmen untuk ikut berkontribusi terhadap gagasan Nett Zero Emission (NZE) yang ditarget tercapai pada tahun 2060.

Padahal Indonesia memiliki banyak sekali potensi untuk menghasilkan energi alternatif yang terbarukan. Salah satunya adalah energi listrik dengan memanfaatkan potensi energi dari laut Indonesia. Indonesia merupakan negara maritim dengan jumlah pulau mencapai sekitar 17 ribu pulau. Tentu saja pulau-pulau ini dikelilingi oleh lautan yang luas. Indonesia tercatat memiliki luas lautan mencapai 6,4 juta kilometer persegi dengan panjang garis pantai mencapai 99 ribu kilometer. Lautan yang begitu luas tersebut menyimpan potensi yang sangat besar sebagai sumber energi.

Pada dasarnya, laut memiliki tiga potensi utama sebagai sumber energi yaitu:

  • Energi dari pasang surutnya air laut atau yang biasa disebut tidal power
  • Energi dari gelombang lain atau yang biasa disebut wave energy
  • Energi dari panas air laut atau yang biasa disebut ocean thermal energy

Energi dari tenaga gelombang laut atau ombak masih belum dimanfaatkan di Indonesia sebagai sumber listrik. Padahal Indonesia terkenal dengan berbagai pantainya yang menghasilkan ombak yang bagus (menurut para peselancar). Apalagi kalau saat hujan badai, ombak yang dihasilkan sangat luar biasa besarnya. Ombak tersebut memiliki energi kinetik (energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak). Energi kinetik tersebut berasal dari angin yang berhempus di permukaan laut. Ketika angin tersebut berhempus dan mengenai permukaan laut, terjadi transfer energi kinetik dari angin ke molekul air pada permukaan laut. Hal tersebut menyebabkan air laut bergerak yang terlihat seperti gelombang air yang disebut ombak. Gelombang laut atau ombak tersebut dapat ditangkap dan dimanfaatkan energinya untuk menghasilkan listrik. Alat yang dapat melakukan konversi energi dari ombak menjadi energi listrik biasa disebut Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut atau PLTG.

PLTG umumnya memiliki empat komponen utama. Yang pertama adalah alat penangkat gelombang laut. Yang kedua adalah alat untuk mengkonversi energi kinetik dari gelombang laut menjadi energi mekanis, biasanya berupa turbin dan/atau piston. Yang ketiga adalah generator listrik yang berfungsi mengkonversi energi mekanis menjadi energi listrik. Yang keempat adalah baterai untuk menyimpan energi listrik hasil konversi untuk digunakan selanjutnya. Dari cara kerjanya, setidaknya ada lima macam PLTG yang dapat dijelaskan dalam artikel ini yaitu:

Oscillating Water Column (OWC)

Sumber: Falco (2010)
Sumber: Falco (2010)

OWC adalah salah satu teknologi PLTGL yang paling dikenal. Prinsip kerjanya adalah dengan menggunakan kolom air yang berosilasi akibat naik turunnya gelombang laut. Perubahan tekanan udara di atas kolom air ini digunakan untuk menggerakkan turbin udara yang kemudian menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.

Point Absorber

Sumber: Brekken, Betten, & Amon (2011)
Sumber: Brekken, Betten, & Amon (2011)

Point absorber adalah perangkat yang mengapung di permukaan laut dan bergerak naik turun seiring dengan gelombang laut. Gerakan vertikal ini digunakan untuk menggerakkan piston atau sistem mekanis lain yang mengonversi energi mekanis menjadi energi listrik.

Attenuator

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun