Bagi umat beriman, kegiatan berziarah menjadi hal yang umum. Ziarah atau ziarek alias ziarah plus rekreasi menjadi bagian dari kehidupan beriman dan berkomunitas. Tak jarang ziarek menjadi momen yang paling ditunggu terutama oleh kaum ibu. Tidak hanya bisa melepas penat dan stress meski hanya sesaat, ziarek menjadi ajang yang pas untuk cuci mata, belanja, berburu kuliner, dan tak lupa 'foto-foto'.
Ziarek merupakan salah satu cara untuk rekreasi batin yang mampu membuat kehidupan beriman menjadi lebih hidup dan berwarna. Dengan ziarek, umat memiliki waktu yang istimewa untuk merenung dan memperbaharui diri secara spiritual, baik individu maupun dalam persekutuan sebagai komunitas.Â
Mengerucut pada Gereja Katolik, ziarek merujuk pada perjalanan spiritual yang dilakukan ke tempat-tempat suci yang memiliki makna religius. Lokasi ziarek umumnya adalah gereja, sendang atau mata air yang dikuduskan, goa Maria, taman doa, makam Para Kudus, atau petilasan para rohaniwan.Â
Apabila dilakukan dengan tepat, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan berziarek. Ziarek memiliki peranan penting dalam pembaruan diri, penguatan iman, refleksi dan doa, pertobatan, penghormatan atau devosi, serta penguatan komunitas. Dengan demikian ziarek atau ziarah dalam iman Katolik berfungsi sebagai sarana untuk memperdalam hubungan dengan Tuhan, merenungkan iman, dan memperkuat komunitas umat beriman sebagai anggota tubuh Kristus.
Ziarek itu mahal. Namun, bukan mahal uang atau biayanya. Dalam hal ini yang mahal adalah upaya peziarek membeli waktunya sendiri demi menyukseskan ziarek yang dilakukan. Mahal karena ziarek adalah tentang membeli sedikit waktu dari setiap detik waktu yang kita miliki untuk menghasilkan sesuatu demi bisa bertemu secara khusus dengan diri sendiri secara individu, dengan sesama anggota komunitas apabila ziarek komunitas, dan dengan Tuhan. Tidaklah mudah menyisihkan waktu khusus semacam waktu dalam keseharian kita yang mestinya atau biasanya bisa dikonversi atau dinilai dengan nominal uang. Lain cerita ketika yang ada dalam pikiran kita demikian: ziarek artinya jalan-jalan. Padahal yang terpenting dari ziarek adalah pertemuan kita untuk "rekreasi" dengan Tuhan.
Ziarek itu kontemplatif. Dengan berziarek kita menyediakan waktu khusus untuk merenung dan merefleksi diri. Acapkali ziarek menjadi ajang bagi kita berdialog dengan Tuhan dan diri sendiri tanpa butuh disuarakan dan dibunyikan. Ziarek adalah tentang merenung, berdoa, dan mencari kedamaian batin. Ini adalah kesempatan bagi individu untuk merenungkan hidup dan relasi dengan Tuhan. Ziarek juga ajang istimewa untuk beristirahat dari dunia yang berisik, pemikiran yang penuh, jiwa yang kalut, serta berdamai dengan diri sendiri, sesama, dan dengan Tuhan.
Mungkin dilakukan jika ziarek secara individu akan lebih mudah. Namun bagaimana dengan ziarek komunitas? Ziarek lingkungan, misalnya. Mungkinkah kita, sebagai lingkungan, secara khusus berdialog dengan Tuhan tanpa bersuara dan bunyi-bunyian? Tentu bukan itu yang dimaksud.Â
Ziarek komunitas tentulah berbeda dengan rekoleksi yang kadang butuh waktu hening total atau silentium. Namun, dalam ziarek bersama dengan saudara-saudara seiman, kita tetap bisa mengupayakan cara-cara berdoa yang kontemplatif dan dapat dihayati lewat pendarasan doa, penghayatan kitab suci, dan refleksi iman lewat lagu-lagu rohani yang menunjang dalam tingkat wajar, secukupnya.Â
Banyak cara untuk melakukannya. Di sinilah ketulusan dan kreativitas umat beriman diuji. Bukankah untuk menghayati dan mendalami iman butuh ketulusan dan kreativitas? Tujuannya tentu saja agar kehidupan beriman kita tidak membosankan dan api iman dalam diri kita terus menyala.Â
Ziarek juga tidak harus jauh. Ziarek merupakan bentuk penghormatan kepada orang-orang kudus atau peristiwa penting dalam sejarah iman. Mengunjungi tempat-tempat yang terkait dengan orang-orang kudus atau peristiwa penting memang dapat memperkuat rasa hormat dan penghayatan terhadap warisan iman. Namun, ziarek tidak harus dilakukan ke tempat-tempat yang jauh dan mahal untuk diakses.Â
Dengan mengunjungi tempat-tempat suci yang dekat pun umat beriman tetap dapat merasakan kehadiran Tuhan dan mengingat sejarah iman. Taman doa gereja di stasi atau paroki masing-masing, 'tur misa' di gereja paroki tetangga, atau mengunjungi makam para rohaniwan terdekat, misalnya. Bolehkah begitu? Ya boleh. Setiap tempat religius biasanya memiliki kisah dan sejarah iman sendiri. Tentu, jika dirasa tidak memberatkan dan memang memungkinkan, ada banyak tempat tujuan ziarek yang bisa dijadikan pilihan baik di dalam maupun di luar kota, bahkan di luar negeri.