Mohon tunggu...
Mochammad Firdaus Agung
Mochammad Firdaus Agung Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca sederhana

Keep Moving Forward :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memahami “Wedhus Gembel” Sang Merapi

28 Oktober 2011   16:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:21 2254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunung Merapi menjadi salah satu gunung berapi yang paling banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Selain karena paling aktif meletus seperti di tahun 2004 dan 2010 lalu. Gunung Merapi juga memiliki berbagai kisah unik seperti tokoh Mbah Maridjan dan juga fenomena letusan yang menimbulkan munculnya awan panas melahirkan istilah baru yaitu “Wedhus Gembel”.

Biasanya ketika Merapi mengalami letusan maka akan menimbulkan awan panas yang membuat daerah di sekitar Merapi ikut menjadi gelap, awan panas inilah yang oleh warga sekitar disebut sebagai “Wedhus Gembel”. Meski nama wedhus gembel ini terkesan lucu dan unik namun keberadaan awan panas sangat berbahaya bagi warga sekitar Gunung Merapi karena dapat menyebabkan kematian.

Para ahli geologi dan vulkanik biasa menyebut awan panas ini dengan istilah “Pyroclastic Flow” bisa diterjemahkan sebagai aliran piroklastik. Dikatakan demikian karena awan panas sebenarnya berasal dari aktivitas gunung berapi yaitu akibat naiknya magma ke permukaan kawah. Awan panas terbentuk ketika magma yang naik bertemu dengan aliran cair seperti misalnya genangan air tanah.

Awan panas Merapi memiliki campuran berupa berbagai batuan dari dalam gunung yang telah melebur menjadi seukuran debu dan gumpalan gas dengan suhu lebih dari 200 derajat celsius bahkan bisa mencapai hingga 1000 derajat celsius. Awan panas ini lantas mengembang di udara dan berbentuk gumpalan tebal seperti bulu kambing. Oleh sebab itulah warga sekitar Gunung Merapi biasa menyebut awan panas ini sebagai wedhus gembel.

Wedhus gembel (awan panas) sangatlah berbahaya namun belum begitu diketahui oleh masyarakat tentang dampak yang ditimbulkannya. Awan panas memiliki kandungan material vulkanik seperti gas fluor, belerang, gas asam (hidrogen sulfida / H2S), magnesium, kalium dan sebagainya. Sehingga dapat diketahui bila awan panas memiliki kandungan yang sangat berbahaya, misalnya fluor bisa menyebabkan terbakarnya kulit, belerang dapat mengganggu pernapasan. Perlu diingat pula kandungan material tersebut berada di awan panas dalam jumlah yang sangat besar sehingga sangat mungkin untuk menimbulkan kematian seketika.

Selain memiliki kandungan yang sangat berbahaya awan panas menjadi sangat mengerikan karena arah perpindahannya tidak tentu dan sangatlah cepat. Awan panas dapat melaju hingga 200 kilometer per detik dan menjadikan seperti abu semua yang dilewatinya. Arah perpindahan awan panas sukar diprediksi karena mendapat pengaruh angin, suhu dan keadaan tempat di sekitarnya.

[caption id="attachment_144665" align="aligncenter" width="504" caption="Keadaan wilayah sekitar Gunung Merapi setelah terjadi letusan, salah satu dampak kerusakkan adalah akibat dari awan panas (wedhus gembel)."][/caption]

Cukup dalam waktu yang sekejap awan panas dapat meruntuhkan bangunan dan melumat habis tumbuhan untuk langsung hancur seketika. Manusia yang terkena awan panas dapat langsung tewas kaku dengan sekujur tubunya dipenuhi oleh abu dan debu material vulkanik. Sampai saat ini belum ada cara untuk memprediksi kemunculan awan panas dan kapan awan panas akan hilang dengan sendirinya.

Bagi para relawan awan panas juga menjadi sebuah halangan tersendiri. Proses evakuasi bisa menjadi gagal bila daerah warga yang ingin diselamatkan ternyata sudah terdapat awan panas. Dibutuhkan kendaraan yang mampu berjalan dengan kecepatan sangat cepat untuk mampu terhindar dari kejaran awan panas. Pada letusan Merapi tahun 2010 lalu terdapat relawan yang tewas akibat dari keganasan awan panas.

Selain awan panas salah satu dampak letusan Merapi lainnya adalah hujan asam. Peristiwa ini terjadi karena hasil letusan Merapi juga ada yang tercampur di awan sehingga ketika hujan turun maka air hujan tersebut sudah terkontaminasi oleh zat asam dalam jumlah yang di atas normal. Hujan asam bisa menyebabkan penyakit kulit dan gangguan pernapasan. Dampak letusan Merapi yang sangat berbahaya ini seharusnya mampu menimbulkan kesadaran bagi warga di sekitar Merapi untuk mau ikut menyelamatkan diri ketika aktivitas Gunung Merapi sedang meningkat.

Pemahaman yang baik oleh warga sekitar tentang bahaya yang timbul akibat letusan Merapi akan memudahkan relawan melakukan evakuasi sehingga warga dapat bersikap kooperatif untuk diajak menyelamatkan diri ke wilayah pengungsian. Biasanya ada warga yang enggan untuk ikut ke pengungsian dan memilih tetap tinggal karena memang pekerjaannya yang tidak bisa ditinggal seperti bercocok tanam dan beternak. Kawasan dekat Merapi yang subur telah menyatukan warga untuk bekerja dengan berdampingan bersama Merapi. Meski demikian tentunya bahaya yang dihadapi sangatlah besar dan terlalu beresiko mengingat dampak letusan yang tidak dapat diperkirakan.

Ada baiknya bila saat ini dilakukan penelitian yang berkelanjutan tentang awan panas karena banyak hal dari awan panas yang sampai sekarang belum bisa ditangani dengan baik. Sampai saat ini kita belum bisa untuk mampu melakukan deteksi indikasi munculnya awan panas dengan akurat serta melakukan prediksi tentang awan panas.

Lebih penting lagi hingga sekarang kita belum menemukan cara untuk bisa mengatasi awan panas atau meminimalisir dampak awan panas. Sehingga saat ini terkesan kita hanya menerima begitu saja dampak dari awan panas dan hanya bisa melakukan usaha penyelamatan warga ke wilayah pengungsian yang lebih aman. Rasanya penelitian agar bisa menemukan cara untuk mengatasi awan panas mutlak dilakukan mengingat besarnya dampak kerugian yang ditimbulkan terutama awan panas dapat mengakibatkan banyak korban jiwa.

Kegiatan sosialisasi tentang dampak gunung berapi terasa sangat penting untuk dilakukan, bukan semata untuk menakuti warga dengan dampak letusan dan kerusakkan yang ditimbulkan. Sosialisasi tentang gunung berapi justru diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada warga untuk lebih mengenal karakteristik tempat tinggalnya.

Pengetahuan lebih yang dimiliki warga tentang gunung berapi selain membuat warga menyadari pentingnya kegiatan evakuasi juga dapat menjadi mitra penting bagi pengawas gunung berapi. Warga dapat memberikan laporan yang berguna bagi pengawas gunung berapi untuk menentukan status gunung berapi secara akurat serta pengambilan tindakan yang tepat.

Memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang gunung berapi dengan segala dampaknya seperti misalnya wedhus gembel maka membuat kita telah lebih maju untuk bisa hidup dengan nyaman berdampingan dengan alam. Karena manusia hidup dengan menempati alam maka sudah sepantasnya bagi manusia untuk dapat mengenal alam dengan baik. Sehingga seperti misalnya keberadaan gunung berapi tidak hanya dilihat dari dampaknya saja tetapi juga bisa dimanfaatkan dengan segala kelebihan yang dimilikinya.

Keberadaan gunung berapi seperti Merapi dengan segala dampak dan manfaatnya menjadi pengingat bagi kita bahwa kita tidak hanya hidup sendiri di dunia. Terlebih lagi menjadi pengingat bagi kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta.

Sumber gambar:

http://images.detik.com/content/2010/10/29/157/Wedhus-Gembel01.jpg

http://www.scs.sk.ca/vol-old/HTT/Volcanoes/dangers_files/WhereVolHaz.gif

http://3.bp.blogspot.com/_A_F1_4REjMA/TM__EfQ6TAI/AAAAAAAAAIs/CpakDCcpBDo/s1600/Merapi2010.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun