Hari ini, nyaman berkendara merupakan sebuah aktifitas yang tidak hanya memerlukan keahlian, namun juga kesabaran. Kenapa begitu?, karena pengemudi motor yang terus berulah, seperti yang kita temukan disekitar kita atau jangan-jangan, kita salah satunya ?
Tidak pakai helm, menyalip sesuka hati, contra-flow alias melawan arah jalan, klakson bergaung, terlebih lagi pengendara dibawah umur, yaitu anak sekolah yang mengenderai motor baik smp hingga kemarin saya temukan di suatu desa, anak SD mengendarai motor dan dua temannya dibelakang tertawa riang. Bagaimana kecelakaan tidak terjadi?
Satu sepeda motor ditumpangi dua orang, jalan arahnya sembarangan, suka menerobos, mengambil hak pejalan kaki alias melewati trotoar dan banyak lainnya yang pembaca sekalian alami. Parahnya, perilaku seperti itu dilakukan juga oleh para orangtua kepada anak-anaknya.
Seperti melanggar lampu merah, melawan arus atau melewati trotoar. Maka, tidak mengherankan ketika anaknya besar nanti perilakunya juga ugal-ugalan. Sekarang, tinggal bagaimana kita menyikapi masalah ini. Mau ditanggapi sebagai suatu masalah atau menyetujui sebagai kebiasaan? Abaikan atau mari kita lakukan perbaikan bersama!
Pembunuh di antara Kita
Sepeda motor merupakan kendaraan utama bagi masyarakat bangsa ini. Menurut data BPS, pada tahun 2017 terdapat 113 juta sepeda motor sedangkan mobil penumpang 15 juta dan mobil bis 2 juta serta mobil barang 7 juta.
Jumlah yang terlihat begitu timpang, bukan? Maka, tidak heran, saat mau berangkat di pagi hari atau pulang di sore hari, jalan disesaki oleh para mereka, pengendara motor.
Di sisi lain, menurut data Kepolisian Republik Indonesia, korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas per hari mencapai 72-73 orang atau 3-4 orang per jam. Dari keseluruhan korban kecelakaan lalu lintas, mayoritasnya dialami oleh pengendara sepeda motor.
Menurut WHO, kecelakaan lalu lintas telah menjadi pembunuh ketiga terbesar di negara ini. Dua teratas ialah jantung koroner dan TBC. Lalu, dari pengendera sepeda motor yang tewas akibat kecelakaan lalu lintas, didominasi oleh remaja.
Kemudian setelah mengetahui fakta tersebut sudah semestinya kita menyadari bahwa ada PR besar yang harus kita garap bersama, masalah ini harus diselesaikan dengan melibatkan seluruh elemen. Baik dari pemimpin bangsa ini hingga pemimpin dalam rumah harus berperan aktif untuk mengurai permasalahan ini. Tentunya harus ada perubahan, baik dari pola pikir hingga kebiasaan.
Selain di kota, ada baiknya bila kepolisian juga hadir hingga ke pelosok desa, karena disana tingkat kematian akibat lalu lintas juga tinggi. Lucunya di negara yang sedang berkembang ini, ketakutan menjadi alasan untuk ketaatan, ada polisi pakai helm, kalau tidak ada ya tidak pakai haha.