Mixue satu, tumbuh seribu” Kata-kata ini sudah sangat populer dikalangan netizen, terutama di platform media sosial twitter. Di twitter sendiri sudah ada sekitar 75 ribu kali penyebutan kata tersebut dalam beberapa hari terakhir ini.
“Mungkin dari kebanyakan dari netizen ngerasa kalau Mixue ini rasanya kayak bahaya tersembunyi yang ngga pernah mereka duga. Tiba-tiba ada aja cabangnya di mana-mana. Ada juga lelucon yang dibikin oleh netizen seperti, merekan akan takut kalau hati dan pikirannya kosong lama kelamaan bakal bisa diisi sama gerai Mixue.
Apa dikarenakan gerai tersebut sering disebut di medsos menjadi rame atau emang produk yang dijual ok?
Sejak tahun 2020 lalu Mixue sudah mendirikan gerai pertamanya di Indonesia yang bertempat di Kota Bandung. Dari situ, setelah hampir 2 tahun lamanya berjalan gerai itu dibuka, sudah ada hampir 300 gerai Mixue di seluruh Indonesia.
Tentu saja gerai yang menjamur diakibatkan oleh permintaan yang cukup tinggi untuk es krim, boba dan the susu yang menjadi produk andalan gerai tersebut. Terutama di Indonesia, karena disini hanya ada dua musim saja yaitu kemarau dan penghujan, penjualan es krim ini akan cenderung lebih stabil dibandingkan dengan negara yang memiliki empat musim.
Selain itu dengan harga yang dijajakan relatif lebih murah ngga pernah jadi concern bagi orang-orang yang ingin membeli dan teraktir teman atau orang terdekatnya.
Bagaimana Mixue Bisa Seperti Itu?
Jelas bisa dong. Ada pepatah yang berbunyi “kalau hasil itu nggak pernah ngekhianatin usaha”. Kalau kamu ngerasa Mixue itu bisa sukses dengan mudah dan tanpa jerih payah dari pemiliknya ya jelas salah besar dong.
Mixue ini sendiri adalah brand dari Cina. Dilansir dari Tempo.com, pemiliknya yang bernama Zhang Hongchao ini mendirikan brand tersebut sudah sejak 1997 dengan bermodalkan uang sebesar 4000 yuan atau sekitar 8 juta rupiah yang dia terima dari neneknya kala itu.