Pandemi Covid-19 sampai saat ini masih menjadi momok yang cukup mengkhawatirkan bagi setiap elemen. Mulai dari pemerintahan, perusahaaan, lembaga kemasyarakatan, bahkan pengusaha kecil di pinggir jalan. Pasalnya, pandemi ini memberikan guncangan ekonomi yang cukup meresahkan bahkan sampai pada tingkat menakutkan.
Dampak tersebut dapat dirasakan di berbagai sektor. Pendidikan, sosial, pemerintahan, dan yang paling dikeluhkan oleh setiap orang adalah terkait dengan dampak ekonomi.
Semua pihak merasakan ekonomi yang lesu, dollar naik, menurunnya daya beli masyarakat, terhentinya usaha-usaha kecil menengah, dan lain sebagainya. Akibatnya, orang-orang yang penghasilannya menurun dihadapkan pada persoalan baru, yaitu bagaimana mereka bisa mengelola keuangan pribadi mereka dengan baik. Hal itu menjadi sangat penting di tengah situasi ketidakpastian dan gonjang-ganjing perekonomian yang saat ini sedang terjadi.
Seluruh elemen sudah berusaha sesuai dengan kapasitas masing-masing. Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang strategis dalam rangka pencegahan Covid dan pendigdayaan kembali ekonomi yang saat ini kacau balau. Perusahaan-perusahaan baik BUMN maupun Non, melakukan berbagai upaya penyelamatan aset dan finansial mereka. bahkan Bank Indonesia (BI) memiliki kebijakan Makroprudensial Aman Terjaga. Hal tersrbut dilakukan guna menjaga perekonomian supaya tetap stabil, dan sudah terbukti.
Adapun kita sebagai individu kemudian dituntut untuk Cerdas Berperilaku dalam hal pengamanan finansial di tengah ketidakpastian.
Hal itu kemudian menimbulkan sebuah pertanyaan, bagaimana cara yang harus dilakukan oleh setiap individu untuk berperilaku cerdas dalam hal menjaga Stabilitas Sistem Keuangan di tengah situasi ketidakpastian saat ini?
Sebelum saya membahas pertanyaan di atas, perlu diketahui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat komunal. Bangsa yang dikenal dengan solidaritasnya, bangsa yang tidak sungkan dan tidak pelit untuk memberikan bantuan terhadap saudara yang menjadi korban sebuah bencana.
Dan terbukti saat ini banyak orang yang memiliki kemampuan ekonomi lebih, sehingga memberikan bantuan secara sukarela kepada masyarakat yang dianggap kurang mampu dan membutuhkan. Bahkan tidak hanya itu, pemerintah telah memberikan bantuan berupa BLT kepada masyarakat menengah ke bawah supaya mereka tetap bisa makan, dan menyambung hidup, meskipun pekerjaan mereka terganggu.
Namun, bagaimana dengan masyarakat yang secara ekonomi nanggung?, mereka yang tidak layak menerima bantuan, tetapi juga mengalami masalah penurunan pendapatan. Rata-rata dari kasus ini adalah mereka yang berprofesi sebagai karyawan, pengusaha UKM, freelancer, pemilik toko, dan lain sebagainya. Mereka bukanlah golongan yang layak dapat bantuan, tapi tentu mereka juga merasakan dampak penurunan pendapatan yang signifikan.
Lantas, apa yang harus mereka lakukan?
Ada tiga tahapan yang akan saya ulas dalam artikel singkat ini.