[caption id="attachment_165375" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana pagi di Desa Tondongkura. (foto : mfaridwm)."][/caption]
Wilayah timur Kabupaten Pangkep sama indah dan memesonanya dengan wilayah baratnya yang bertebaran Pulau – pulau kecil, Spermonde Islands (Liukang Tupabbiring) Kalukalukuang Group (Liukang Kalmas), maupun Postelion dan Paternoster (Liukang Tangaya). Sepekan terakhir ini saya lebih banyak meluangkan waktu memotret pesona alam dalam perjalanan ke Tondongkura, suatu Desa pegunungan dalam lingkup wilayah Kecamatan Tondong Tallasa.
Untuk mencapai Desa Tondongkura, dapat ditempuh selama satu jam lebih dari Pangkajene, ibukota Kabupaten Pangkep, bisa lewat Minasate’ne maupun lewat Bungoro. Jalur kendaraan untuk mencapai Desa Tondongkura adalah  melalui sebelah selatan Kantor Pusat PT. Semen Tonasa, pabrik semen terbesar di Indonesia Timur melewati Desa Mangilu, Bulu Tellue, Malaka, Bantimala, Bantimurung dan Tondongkura sepanjang 35 kilometer.
[caption id="attachment_165377" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu rumah penduduk di Desa Tondongkura. (foto : mfaridwm)."]
Meski hanya berjarak sekitar 35 km dari Pangkajene, untuk mencapai Desa Tondongkura, perjalanan cukup melelahkan karena jalanan yang tidak terlalu bagus dan cukup memicu adrenalin bergerak cepat disebabkan banyaknya tanjakan dan penurunan melewati kawasan persawahan, perbukitan dan pegunungan batu kapur. Perjalanan pun harus ekstra hati – hati karena ada beberapa penurunan dan tanjakan itu berada di tikungan yang tajam dengan jalanan berlobang disana sini.
Meski cukup jauh, namun kelelahan dalam perjalanan menuju Desa Tondongkura sebenarnya dapat terobati dengan pemandangan kiri kanan jalan yang sangat mengagumkan. Permukiman penduduk yang asri sepanjang desa dan kampung yang dilewati, jalanan yang menempel pada pegunungan, hamparan persawahan yang hijau dan menyejukkan pandangan serta eksotisme pegunungan tiada duanya sejauh mata memandang.
[caption id="attachment_165378" align="aligncenter" width="533" caption="Masjid "]
Masyarakat pegunungan hadir disini dalam perjalanan sejarahnya mengelola alam telah menciptakan kearifan lokal tersendiri. Mereka dengan tekun membangun rumah – rumah kayu kokoh diatas dan dibawah jalanan, mensyukuri segala nikmat Tuhan yang luar biasa itu, berdempetan dengan dinding – dinding batu, menciptakan ruang lingkungan permukiman yang tiada bandingannya. Semua yang dibutuhkan untuk hidup sudah ada disini, tinggal bagaimana mensyukuri atas segala limpahan nikmat dan karuniaNYA.
Inilah sejuta pesona alam itu yang sempat saya abadikan. CEKIDOT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H