Mohon tunggu...
MUHAMMAD FAHRUDDIN AL MUSTOFA
MUHAMMAD FAHRUDDIN AL MUSTOFA Mohon Tunggu... -

Sesorang yang haus akan ilmu pengetauhan dan berharap jadi orang yang bermanfaat bagi Nusa Bangsa dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Belajar Kemanusiaan dari Manusia

20 November 2015   19:00 Diperbarui: 20 November 2015   19:12 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kita hidup diantara bayang-bayang . Setiap jengkal dari langkah kita pun sudah ada batas dan ketentuan pasti untuk melangkahkannya. Bayang-bayang itu pun semakin jelas ketika seseorang berhasil memadukan antara sebuah kenyataan hidup dengan ketentuan pasti ini ini. Sehingga ia bisa menikmati hidup nya, bukan sebagai robot yang tdak berdaya. Tapi dia hidup sebagai manusia yang berdaulat atas dirinya untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh Tuhan-nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Dengan segenap hati dan pikiran yang jernih menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab serta sadar akan konsekuensi atas semua yang ia lakukan.

Namun sekarang orang-orang ini banyak yang lupa bahkan tidak tahu dengan kewajiban yang dimiliki. Berbuat apapun sesuka hati bahkan yang tidak sesuai dengan hati nurani nya , berani ia tabrak. Jangankan memiliki pemikiran tentang konsekuensi akhir, sadar akan hak nya sebagai makluk yang punya kewajiban ang harus diselesaikan itu pun tidak. Sehingga orang itu pun tidak percaya dengan dirinya sendiri dan hati nurani yang ia miliki .

Beberapa kejadian yang terjadi akhir-akhir ini, menyita perhatian dan membakar rasa kemanusia setiap orang yang mendengar berita tersebut tanpa tahu asal mula yang melatarbelakanginya. Secara fitrah, manusia sebagai makluk sosial hidup secara berkelompok dan tak akan bisa orang hidup sendiri dalam suatu tempat. Itulah yang menyebabkan manusia -secara lahiriah – merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain walaupun ia tidak mengalnya sebelumnya. Bahkan sampai tahap membela dan melawan jikalau terjadi sebuah tindak kekerasan, kriminal , pelecehan seksual yang menimpa hak kebebasan untuk hidup dengan nyaman, tentram dan aman. Itulah yang menyebabkan reaksi yang besar dari berbagai kalangan menanggapi kasus penembakan yang terjadi di Paris beberapa waktu lalu.

Kemanusian, yah mungkin inilah yang dapat menyatukan seluruh kalangan dari berbagai etnis, suku, bangsa, negara, budaya dan agama yang berbeda. Tapi tak dapat dipungkiri kadar ” kemanusiaan “yang dimiliki setiap individu berbeda-beda . Sehingga sebagian kalangan ada yang seakan tidak peduli bahkan sampai tahap acuh atau menutup mata dan telinga ketika terjadi sebuah tindak kekerasan yang menimpa ” kemanusiaan ” sesorang yang katanya tadi dimiliki setiap orang.

Dari sini kita dapat memahami bahwa setiap orang punya rasa kepedulian dan sifat ” saling merasakan” antara satu dengan yang lain. Yang  menjadi pertanyaan yaitu para pelaku tindak kekerasan yang sangat berani merampas hak manusia untuk hidup dan berkembang di bumi yang indah ini. Secara akal pun, mereka -para pelaku- menolak dan memberontak kepada hati nurani nya sendiri untuk melakukan hal-hal yang merusak ” kemanusiaan ” . Aku percaya bahwa ada pengaruh yang kuat yang membisikkan dan menghasut tuk melakukan tindak kejahatan bodoh seperti ini. Apapun itu semoga mereka segera sada bahwa yang mereka lakukan itu adalah salah dan perbuatan yang sangat ditentang oleh setiap individu yang masih mempunyai hati nurani .

Alangkah baiknya kita menikmati hidup yang cuma mampir ngombe istilah Jawa-nya, dengan melakukan hal-hal yang manfaat tanpa harus melukai orang lain yang sama-sama ingin menikmati hembusan udara yang sama. Belajar mensyukuri apa yang telah diberikan untuk kita nikmati bersama. Dimulai dari hal-hal kecil yang akan membawa kita pada kesadaran bahwa hidup ini adalah karunia yang paling agung yang dikaruniakan oleh Nya. Aku yakin akan semua agama meyakini bahwa tindak kekerasan berupa apapun itu dilarang didalamnya. Serta menjunjung tinggi hak dan martabat manusia, bukan malah di injak bahkan dihilangkan dengan cara yang kejih.

Mungkin yag harus kita benahi terlebih dahulu adalah kemanusiaan kita . Kalau kata Gus Mus ,Memanusiakan manusia . Jikalau kemanusiaan kita sudah benar , maka otomatis kita akan bisa memanusia orang lain. Tetapi jika Kemanusiaan ini hilang . Lantas apa bedanya kita dengan Hewan ??

Mont Flore II , Fes 19-November-2015

Bocah gemblung pengen nulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun