Mohon tunggu...
M Fajar Arif
M Fajar Arif Mohon Tunggu... -

Masyarakat optimis!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tuhan Mempertemukan Novila Kembali dengan Pak SBY

30 Oktober 2013   16:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:49 3624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, Selasa, 29 Oktober 2013, kami menjadi saksi pertemuan yang sangat mengharukan, bahkan saya sendiri tak kuasa menahan air mata. Malu juga, sebagai laki-laki kok sampai meneteskan air mata. Serangkaian kejadian mengharukan dalam keluarga saya saja tidak semuanya saya menangis. [caption id="attachment_288849" align="aligncenter" width="300" caption="Novila Mayangsari Tanjung, ia adalah seorang gadis yang berasal dari Pulau Nias, Sumatera Utara. Novila adalah salah satu korban gempa di Nias."][/caption] Disela sibuk dan hiruk pikuknya kunjungan kerja Presiden SBY di kota kami, Bukittinggi, Sumatera Barat, kami dikejutkan oleh kehadiran seorang anak perempuan bersama ibunya yang sejak Senin malam ingin sekali menemui Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono. Ada apa gerangan? Anak perempuan itu ternyata adalah Novila Mayangsari Tanjung. Novila adalah seorang gadis yang berasal dari Pulau Nias, Sumatera Utara. Novila dan keluarganya termasuk korban gempa di Nias yang terjadi pada tahun 2004. Katanya, “Saya sudah menunggu 8 tahun kesempatan untuk bisa bertemu Pak Presiden dan Ibu Ani ini, saya kangen dan ingin sekali mengucapkan terima kasih secara langsung atas bantuan yang pernah diberikan 8 tahun lalu. Terima kasih, Bapak dan Ibu ..” Ujar Novila Mayangsari yang tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula Ibu Novila, tampak tersedu-sedu karena harunya dapat bertemu kembali dengan Bapak SBY dan Ibu Ani. Delapan tahun yang lalu, rumah Novi hancur karena gempa bahkan Novipun sempat kehilangan adiknya. Setelah kejadian tersebut pada tahun 2005, Novi dan keluarga mengungsi ke Kota Bukittinggi. Kebetulan pada tahun 2005, Presiden SBY memang berkunjung ke kota kami untuk melihat secara langsung lokasi gempa di Masjid Jami Gunung Sitoli. Novi yang saat itu masih kelas 4 SD berlari memberanikan diri untuk menemui presiden SBY sebentar. Tidak lama kemudian Novi kembali ke orang tuanya lalu menangis. Presiden SBY yang sangat peka melihat kejadian tersebut memanggil Novi dan bertanya kenapa Novi menangis. Novi pun bercerita bahwa mereka adalah korban gempa bumi Nias tahun 2004, rumahnya hancur dan bahkan ia kehilangan adiknya. Presiden SBY menenangkan Novi dan menjanjikan bantuan kepada Novi. Tidak lama, bantuan yang dijanjikan tersebut datang. Dengan modal itu, Novi dan keluarganya kembali ke Nias dan bantuan tersebut digunakan untuk usaha dan pendidikan Novi. Selanjutnya, menurut posting yang saya baca di Fanpage Presiden SBYudhoyono, akhirnya Novi berkesempatan bertemu Presiden SBY kembali. Ia menunggu di lokasi kegiatan Presiden bersama ibunya hanya untuk mengucapkan terima kasih secara langsung kepada Presiden SBY dan Ibu Ani karena telah memberikan bantuan kepada keluarganya 8 tahun lalu hingga ia bisa seperti saat ini. Novila kini sudah berstatus Mahasiswi Fakultas Kesehatan & MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Saat ditemui oleh Presiden SBY, beliau memberikan Buku “Harus Bisa” kepada Novi sebagai kenang-kenangan dan menuliskan pesan untuknya. Juga, Ibu Ani Yudhoyono memberikan Bukunya “Kepak Sayap Putri Prajurit” dan memberikan kata-kata penyemangat yang dituliskan secara langsung untuk Novi. Kabarnya, setelah membaca Buku Ibu Ani tersebut Novi kaget bukan main karena, ia menemukan fotonya yang sedang dielus kepalanya oleh Ibu Ani di buku “Kepak Sayap Putri Prajurit”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun