Mohon tunggu...
M. Fajar Agustus Putera
M. Fajar Agustus Putera Mohon Tunggu... Guru - Guru

seorang guru dan content writer

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mewujudkan Masyarakat Melek Huruf melalui Program Pembinaan Warga Buta Aksara di Seluruh Kecamatan

27 Januari 2025   16:20 Diperbarui: 27 Januari 2025   16:20 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kebijakan (sumber: hukumonline.com)

 

Buta aksara masih menjadi tantangan serius di berbagai wilayah Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil yang minim akses pendidikan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa meskipun angka buta aksara secara nasional telah menurun, masih terdapat jutaan warga yang belum mampu membaca dan menulis. Kondisi ini menjadi penghambat signifikan dalam upaya peningkatan kualitas hidup dan pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, Program Pembinaan Warga Buta Aksara hadir sebagai solusi strategis untuk mengatasi masalah ini.

Pentingnya Literasi dalam Pembangunan Masyarakat

Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup keterampilan memahami informasi, berpikir kritis, dan beradaptasi dengan dinamika kehidupan modern. Dalam konteks pembangunan, literasi menjadi pintu gerbang untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, akses pekerjaan, dan partisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Sayangnya, bagi warga yang masih buta aksara, keterbatasan ini menjadi penghalang untuk mendapatkan informasi penting, seperti peluang kerja, kesehatan, hingga kebijakan pemerintah. Dalam jangka panjang, buta aksara juga memperbesar risiko ketimpangan sosial dan kemiskinan. Oleh sebab itu, program pemberantasan buta aksara harus menjadi prioritas dalam agenda pembangunan di setiap kecamatan.

Potret Buta Aksara di Indonesia

Meski Indonesia telah mencatat kemajuan signifikan dalam menurunkan angka buta aksara, tantangan masih ada. Berdasarkan data BPS, tingkat buta aksara tertinggi ditemukan di provinsi-provinsi dengan akses pendidikan yang terbatas, seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Kalimantan Barat. Sebagian besar warga buta aksara berasal dari kelompok usia lanjut, perempuan, dan masyarakat adat di daerah terpencil.

Faktor-faktor seperti kemiskinan, keterbatasan infrastruktur pendidikan, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadi penyebab utama. Selain itu, banyak anak-anak di wilayah terpencil yang putus sekolah akibat harus membantu keluarga mencari nafkah. Semua ini menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus jika tidak ada intervensi nyata.

Program Pembinaan Warga Buta Aksara

Pemerintah bersama berbagai pihak telah merancang Program Pembinaan Warga Buta Aksara yang bertujuan untuk memberikan akses literasi bagi masyarakat di seluruh kecamatan. Program ini mencakup beberapa langkah strategis:

1. Identifikasi dan Pendataan Warga Buta Aksara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun