Â
Buta aksara masih menjadi tantangan serius di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Kecamatan Kota Agung. Berdasarkan data terakhir, angka buta aksara di wilayah ini masih cukup signifikan, terutama di kalangan usia dewasa dan lansia. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kualitas hidup individu, tetapi juga memperlambat laju pembangunan sosial dan ekonomi daerah. Menyikapi masalah ini, Pemerintah Kecamatan Kota Agung meluncurkan sebuah inovasi program pembinaan yang berfokus pada pemberantasan buta aksara dengan pendekatan berbasis komunitas dan teknologi.
Tantangan yang Dihadapi
Sebagai kecamatan yang mencakup berbagai desa dengan tingkat aksesibilitas berbeda, Kota Agung menghadapi sejumlah tantangan dalam memberantas buta aksara. Beberapa di antaranya meliputi:
-
Akses yang Terbatas: Banyak warga tinggal di daerah terpencil dengan minim akses ke fasilitas pendidikan.
Keterbatasan Tenaga Pengajar: Kekurangan tenaga pengajar yang terlatih menjadi kendala utama dalam menjalankan program pembelajaran.
Kesenjangan Teknologi: Tidak semua warga memiliki akses atau keterampilan menggunakan teknologi modern untuk mendukung pembelajaran.
Stigma Sosial: Masih ada anggapan bahwa belajar membaca di usia dewasa atau lansia tidak lagi penting, yang membuat sebagian warga enggan mengikuti program pembelajaran.
Strategi Inovasi Program
Untuk menjawab tantangan tersebut, program pembinaan buta aksara di Kecamatan Kota Agung dirancang dengan pendekatan inovatif yang menyesuaikan kebutuhan lokal. Berikut adalah beberapa strategi utama yang diterapkan:
1. Pendekatan Berbasis Komunitas