Di sebuah desa kecil di lereng gunung, hiduplah seorang gadis bernama Lila. Ia dikenal oleh penduduk desa sebagai seseorang yang ceria, penuh semangat, dan memiliki tawa yang menular. Namun, di balik keceriaannya, ada sebuah rahasia yang ia sembunyikan rapat-rapat.
Setiap sore, ketika matahari mulai merendah di ufuk barat, Lila selalu berjalan menuju sebuah pohon flamboyan tua yang berdiri kokoh di tepi danau. Pohon itu besar dan rindang, cabang-cabangnya seperti lengan yang melindungi siapa saja yang berteduh di bawahnya. Banyak orang sering bertanya-tanya apa yang dilakukan Lila di sana, tetapi tidak ada yang berani bertanya langsung.
Lila punya alasan sendiri. Di bawah pohon flamboyan itu, ia merasa dekat dengan kenangan masa kecilnya. Ayahnya, yang telah tiada sejak ia berusia sepuluh tahun, sering mengajaknya ke tempat itu. Ayahnya selalu berkata, "Di bawah pohon flamboyan ini, semua kesedihan akan larut, dan semua mimpi akan tumbuh seperti cabang-cabangnya."
Namun, sore itu berbeda. Saat Lila tiba di bawah pohon flamboyan, ia menemukan seorang anak laki-laki duduk bersandar di batangnya. Anak itu tampak asing, wajahnya pucat dan pandangannya kosong. Lila ragu sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mendekat.
"Kamu siapa?" tanya Lila dengan suara lembut.
Anak itu mengangkat wajahnya perlahan. "Namaku Arka," jawabnya singkat.
Lila duduk di samping Arka dan mencoba membuka percakapan. Tapi Arka hanya menjawab seadanya, seolah pikirannya sedang melayang entah ke mana. Hingga akhirnya, Arka berkata, "Aku menunggu seseorang di sini."
"Siapa?" tanya Lila penasaran.
"Ibuku. Ia pernah berjanji akan kembali ke pohon ini, tapi aku tidak tahu kapan," jawab Arka sambil menunduk.
Hari-hari berikutnya, Lila selalu mendapati Arka di bawah pohon flamboyan. Perlahan, mereka mulai saling bercerita. Lila menceritakan kenangan bersama ayahnya, sementara Arka berbagi tentang ibunya yang menghilang tiba-tiba bertahun-tahun lalu. Dari cerita-cerita itu, Lila merasa ada sesuatu yang aneh. Arka seolah hidup di masa yang berbeda, dengan cerita yang tampak tak masuk akal. Tetapi Lila terlalu menikmati pertemanan mereka untuk mempertanyakan lebih jauh.
Suatu sore, ketika Lila tiba di bawah pohon flamboyan, Arka sudah tidak ada. Ia mencari-cari di sekitar, tetapi tidak menemukan apa-apa kecuali sebuah buku kecil yang tergeletak di akar pohon. Buku itu berisi catatan harian Arka. Dalam salah satu halamannya, tertulis: "Jika suatu hari aku pergi, ingatlah bahwa pohon flamboyan ini adalah saksi janji. Janji untuk selalu kembali, meskipun waktu memisahkan kita."