Pagi itu, angin berhembus pelan, menyapa dedaunan yang bergoyang di atas pohon besar di halaman rumah. Rina duduk di bangku kayu yang terletak di sudut taman, matanya menatap jauh ke horizon, memikirkan hal-hal yang tak pernah ia ceritakan kepada siapa pun.
Ia baru saja menerima tawaran pekerjaan impiannya, menjadi penulis di sebuah penerbitan terkenal. Namun, ada satu hal yang mengganjal di hatinya: rasa takut yang begitu dalam. Takut gagal. Takut jika semua impian yang telah ia perjuangkan selama ini akan runtuh begitu saja. Rina teringat bagaimana ia dulu memulai semuanya, dengan menulis di blog pribadi yang hanya dibaca oleh beberapa orang. Kini, ia diberi kesempatan untuk menulis untuk dunia yang lebih besar.
"Tapi, bagaimana jika aku tidak cukup baik?" pikirnya dalam hati.
Langkah pertama selalu terasa yang paling berat. Itu yang selalu didengarnya dari para mentor dan teman-temannya. Namun, meskipun berat, langkah itu harus diambil.
Rina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kegelisahan yang terus menggerogoti. Ia membuka laptop di hadapannya, membuka dokumen kosong, dan mulai mengetik. Kata-kata pertama mengalir perlahan, tak sempurna, namun cukup untuk membuatnya merasa sedikit lebih tenang.
Ternyata, langkah pertama bukanlah yang paling menakutkan. Yang menakutkan adalah jika kita berhenti di tempat yang sama, tidak pernah mencoba melangkah lebih jauh. Setiap ketakutan yang dirasakan, setiap kegagalan yang datang, adalah bagian dari perjalanan untuk menjadi lebih baik.
Rina menutup mata sejenak, meresapi perasaan itu. Kemudian, ia menekan tombol "save" dan tersenyum. Langkah pertama memang selalu sulit, tetapi ia sudah melakukannya. Dan itu, bagi Rina, adalah sebuah kemenangan kecil yang penuh arti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI