Mohon tunggu...
Fawaid Afif
Fawaid Afif Mohon Tunggu... -

Fawaid Afif lahir di kota kecil yang bernama Sinjai pada 7 Juli 1989.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nasib Bangsaku (Renungan dari Balik Batu)

31 Juli 2011   16:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:12 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13121283421188973872

Salam kedamaian. Salam hangat keadilan buat kita semua rakyat Indonesia tercinta. Semoga di tahun 2011 ini Sang Maha Kuasa memberikan anugrah kedamaian dan ketentraman hidup untuk semua umat manusia dan semua mahluknya di bumi. Amien. Tahun 2010 telah terlewati dengan indah, buruk, suka, dan duka. Permasalahan masih saja menggrogoti kita dan bangsa kita. Entah Tuhan yang enggan lagi melihat bangsa kita ataukah kita telah menaikkan derajat amarah-Nya karena ulah kita sendiri. Hanya Dia yang tau.

Rindu juga rasanya melantunkan lagu perdamaian buat kejayaan NKRI. Sebuah Negara yang dikaruniai oleh sang Pencipta dengan beragam-ragam jenis budaya, social, bahasa, ras, agama, kepercayaan dll. sungguh bangsa yang majemuk!!!!. Sangat indah jika dipandang dari satu kata yaitu DAMAI. Tapi kata itu seakan-akan hilang dan mulai meninggalkan NKRI. Sungguh ironis..!!!! Dimana-mana orang-orang berteriak perdamaian tapi satu sisi perkelahian dan perselisihan paham antar suku, ras, dan agama masih terjadi seiring bertambahnya usia Negara ini. Mahasiswa yang katanya Calon Intelektual Harapan Bangsa yang selama ini mengkritisi kinerja pemerintah sebagai salah satu tugasnya yaitu Agent of Control dan Agent of Change ternyata masih bermasalah pada masalah internalnya. Di kampus saya, masih sering terjadi perselisihan yang berujung tawuran antar fakultas atau jurusan. Ini memang dinamika kampus yang sangat sulit dihindari bahkan sudah terjadi turun menurun. Tapi harus diingat bahwa kemajuan informasi bisa mengekspos kejadian tersebut sehingga sampai diranah dan telinga public. Akibatnya apa? Tentu saja krisis kepercayaan akan fungsi mahasiswa dalam masyarakat itu sendiri. Apa susahnya sih berkata dan menjalankan Damai??? Apa karena budaya Makassar adalah keras??? Jadi tidak salah dan sudah kewajaran itu terjadi??? Bagaimana jika ada Mahasisiwa yang meninggal??? Apa masih kewajaran??? Saya juga mahasiswa, dan juga memahami betul fungsi-fungsi sebagai mahasiswa-masyarakat. Tapi tentu malu untuk menjalankan fungsi tersebut jika internalnya kita masih rusak. Ibarat kata “ boro-boro urus orang lain, urus diri loe aje masih susah”. Kita kaum intelektual, semua masalah bisa dibicarakan baik-baik. Ingat budaya keras khas Makassar digunakan untuk menegakkan kedamaian dan keadilan bukan digunakan untuk sikap egois masing-masing kepentingan.

Dari kompleks mahasiswa kita berangkat menuju ke kompleks masyarakat. Kita akan melihat-lihat apa kah konsep kedamaian telah dijalankan dengan baik atau belum. Pada Pancasila sila ke-Tiga yang berbunyi “ Persatuan Indonesia” sangat jelas menjabarkan perdamaian. Perselisihan pandangan, konsep, maupun kepentingan boleh saja terjadi dan dipaparkan sesuai konsep Demokratis tapi jangan sampai menimbulkan perselisihan yang berlebih. Malu Mas,,!!!!. Saya baru-baru ini sering menonton dan membaca berapa berita. Cukup banyak di dominasi tawuran antar gang lah, desa lah, atau apa lah. Sungguh ironi padahal rata-rata mereka itu bersekolah atau ada diantaranya bersekolah minimal sampai SD. Masih ingat waktu sekolah (SD) ketika hari senin diadakan upacara bendera. Saat itu ajudan upacara membaca dengan keras-keras PANCASILA. Namun sayang, upacara hanya dijadikan kebiasaan saja namun kurang dipahami makna dari tiap gerakan dan ucapan pada saat upacara berlangsung. Saya percaya upacara bukan hanya sebuah symbol atau Cuma budaya. Saya yakin ada makna yang lebih dari itu. Perjuangan bapak/ibu pahlawan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI tercermin diupacara tersebut. Kita mungkin panas-panasan di bawah matahari terik. Tapi jika kita membayangkan jasa-jasa pahlawan maka matahari itu akan terasa dingin. Saya pribadi, selalu merinding ketika mendengar lagu hening cipta dikumandangkan. Sebelum 17 Agustus 1945, semua manusia Indonesia yang beraneka ragam tersebut bersatu berjuang demi satu kata KEMERDEKAAN walaupun sifatnya fisik KEMERDEKAAN. Darah dan keringat bercucuran untuk hal tersebut. Untuk melihat anak, cucu mereka bisa hidup damai. Mereka tentu tidak melihat perbedaan warna kulit, ras, budaya, agama, suku, maupun bahasa yang penting mereka satu Visi dan Misi maka mereka bersatu untuk kemerdekaan NKRI. Saya yakin mereka pasti menangis jika melihat keadaan kita sekarang??? Sekarang masyarakat semakin mudah untuk diinterfensi sehingga mudah pula terpecah-pecah. Kita boleh saja bangga tiap tanggal 17 Agustus merayakan HUT RI. Tapi percaya saya kita belum memperoleh yang namanya kemerdekaan yang hakiki. Lantas bagaimana memperoleh kemerdekaan yang hakiki tersebut??? Sehingga tercipta NKRI yang bersatu dan damai???

Pertama, maknai sila-sila Pancasila kemudian interpretasikan dalam kehidupan yang Bhineka Tunggal Ika yang berlandaskan norma, hukum, dan Undang-Undang yang berlaku. Saya pikir Pancasila mangajarakan kebaikan dan kedamaian yang hakiki bukan hanya semboyan dan symbol saja. Saya memang kecewa dengan adanya kelompok tertentu yang mencoba menjadikan NKRI yang berlandaskan Pancasila menjadi landasan agama tertentu. Sungguh Ironi. Padahal di Pancasila sangat jelas pada pasal 1 dan 3 yang masing-masing berbuyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan “ Persatuan Indonesia”.

Kedua, Perjuangkan kebaikan. Masih ingat film-film Power Ranger atau Batman atau Superman?? Mereka semua adalah adalah pahlawan dalam kehidupan mereka. Mereka rela bekerja tanpa pamrih memperjuangkan kebaikan walaupun mereka tahu itu berat. Dan akhirnya mereka sukses dan berhasil melumpuhkan kebatilan. Jika barat punya tokoh-tokoh tersebut. Maka kita juga punya. Siapa itu??? Yah…Si Buta dari Goa Hantu, Wiro Sableng, si Pitung, dll. mereka juga adalah tokoh-tokoh pahlawan super kita dan sesuai dengan budaya kita. Mereka tidak takut melawan penindasan. Dan lihatlah akhirnya kebaikan yang menang. Mau lihat bangsa ini damai, perjuangkan kebaikan. Saya pikir semua agama, suku, maupun ras mengetahui itu, jika ada agama, suku, maupun ras yang tidak mau melakukan dan mengajarkan kebaikan maka itu sesat. Buang jauh-jauh dari pikiran dan hati kita. Tapi ironisnya di bangsa kita koruptor masih merajalela. Seakan hukum rimba berlaku dalam kehidupan masyarakat. Yang kuat yang menang sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Sebagai mahasiswa maupun dosen, kita sebenarnya sudah terbiasa dengan kehidupan korupsi. Simak baik-baik ketika teman-teman mahasiswa maupun dosen dalam membuat proposal kegiatan. Kemudian, periksa isi dana nya. Banyak yang ditambah-tambahi. Alasanya karena untuk menutupi kekurangan jika kurang. Lihatlah alasan itu menjadi kebiasaan dan tidak sengaja menimbulkan kebiasaan korupsi. Lihat juga ketika ada mahasiswa ataupun dosen yang tidak masuk kelas karena di sengaja. Ironi bukan.!!!! Alih-alih kita mau menegakkan kebaikan ternyata kita sendiri termasuk juga saya masih sering melakukan kebatilan. Belajar dan memperbaiki itu, tentu akan menjadikan kita sosok pahlawan kebajikan untuk diri kita, keluarga, teman, nusa, bangsa dan lingkungan kita. Jangan pernah takut memperjuangkan kebaikan karena kebaikan pasti menang melawan kebatilan.

Ketiga, hargai sejarah bangsa ini. Iyah, tahu bahwa kita merdeka karena kita bersatu? Paham bahwa perbedaan bisa membuat kedamaian??? Kalau belum paham pelajari dan hargai sejarah bangsa ini. Pernah dengar kata ini “ Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya!!!!”. Luar biasa kata tersebut. Seingat saya, kata tersebut dilontarkan oleh mantan Presiden AS. Kalau mau bangsa ini damai, hargai sejarah dan pelaku sejarah terbentuknya bangsa ini. Lihat tiap tetesan darah dan cucuran keringat yang mereka (pahlawan) berikan untuk bangsa ini. Ketika semua itu bisa dilihat dengan hati. Masih mau kah kita memecah belah bangsa kita hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok kita?? Kalau masih iya, maka kita termasuk teroris-teroris yang harusnya malu pada diri sendiri. Perjuangan untuk memperoleh kedamaian dan keadilan tidak mengenal yang namanya perbedaan walaupun kita berbeda-beda. Dan itu yang dilakukan pahlawan-pahlawan negara kita. Jadi, pelajari dan maknai sejarah bangsa sehingga terjadi proses penghargaan buat sejarah yang nantinya akan menjadi sebuah pelajaran hidup dalam menciptakan kerukunan dan kedamaian dalam bermasyarakat.

Dan kempat, perbedaan itu indah. Saya teringat kata pak Mario Teguh yaitu “ ketika semua kota di dunia sama maka bepergian tidak ada gunanya, maka dari itu perbedaan akan membentuk sebuah keindahan”. Luar biasa kata ini!!!! Kita boleh beda dengan dia pada semua hal namun perbedaan itulah yang membuat interaksi kita dengan dia menjadi indah. Saya pikir kita telah diciptakan berbeda satu sama lain jadi sudah kodratnya untuk diterima. Tapi apa kah itu lantas membuat kita menjadi pecah? Tentu tidak, ingat perbedaan diantara manusia memang telah dirancang untuk kita pelajari. Bagaimana kita menghargai pandangan orang? Sehingga kita bisa membentuk karakter diri kita. Seperti kata diatas, jika kota (red: manusia) semua sama maka apa yang membuat hidup ini indah? Tentu membosankan bukan. Apa yang kita miliki juga dimiliki oleh orang itu. Yang terjadi adalah kejenuhan hidup. Maka perbedaan itu indah tinggal bagaimana kita menghargai dan memahami makna perbedaan dan menjadikannya pelajaran hidup sehingga terjalin kehidupan yang damai.

Bangsa Indonesia di tahun 2010 sudah banyak dilanda krisis khususnya krisis kepercayaan. Semua saling mencurigai tanpa mau intropeksi diri terlebih dahulu. Rakyat yang melarat masih banyak, PR bangsa masih menumpuk. Untuk itu, janganlah kita menambah masalah lagi dengan mencoba menginterfensi kelompok tertentu yang bisa mengakibatkan sila ke-tiga Pancasila dihapuskan. Mari sama-sama bersatu tanpa pandang perberdaan dalam memperjuangkan kemerdekaan yang hakiki, kemerdekaan yang sebenar-benarnya merdeka, sehingga terbentuk manusia-manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti baik. Mari sama-sama kita menentang dan melawan kebatilan dan mengusung dan memperjuangkan kebajikan. Tuhan masih bersama kita. Percaya saja, Tuhan akan memberikan kemerdekaan yang hakiki buat bangsa ini. Hanya Tuhan menuggu waktu saja ketika semua bangsa Indonesia telah menggargai perbedaan sebagai suatu yang indah. Rahmat Tuhan masih bersama kita. Amien.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun