Mohon tunggu...
Muhammad Fadel
Muhammad Fadel Mohon Tunggu... -

"If not now, then when ?"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Muhasabah, Introspeksi Diri Menuju Kebenaran

21 Desember 2018   19:49 Diperbarui: 21 Desember 2018   20:55 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengingat berapa lama kita ada di dunia ini tentu sudah banyak hal yang telah kita lalui dan semuanya berlandaskan tujuan atau keinginan yang akan kita capai. Namun tidak semuanya juga akan sesuai dengan harapan, kadang dibawah ekspektasi atau justru diatas ekspektasi kita sendiri. Karena semua itu merupakan bagian dari kehendak Allah Swt dan kita sebagai hamba-Nya sudah sepatutnya berusaha dan bertawakal.

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا

"Dan bertawakkal lah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya, dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya" Al-Furqan (25) : 58

Sebagai umat muslim yang baik hendaklah berupaya mengisi waktu dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya untuk bekal meraih kehidupan yang tentram dunia dan akhirat. Maka dari itu agar aktivitas kita tetap di jalan yang istiqamah kita harus menyempatkan diri untuk senantiasa melakukan muhasabah atau dengan kata lain introspeksi diri, terhadap segala aktivitas yang telah dan akan kita laksanakan. Muhasabah sering diidentikan dengan proses pengamatan terhadap diri sendiri, wawas, ataupun mengevaluasi diri.

Muhasabah atau introspeksi diri juga berkaitan dengan dunia ilmu psikologi karena introspeksi diri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kondisi psikis seseorang.

Kemudian, kenapa kita harus melakukan introspeksi diri ? Jawabannya karena sejatinya jiwa manusia senantiasa memperturut hawa nafsu dan tidak dapat dipungkiri mengarah kepada keburukan. Muhasabah akan memunculkan rasa takut kepada Allah Swt sehingga dapat menjauhkan kita dari perbuatan maksiat yang disebabkan oleh hawa nafsu tersebut. Maka dari itu sungguh sangat merugi seseorang yang mengabaikan muhasabah melainkan menuruti hawa nafsunya.

Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw bersabda : "Orang yang pandai adalah orang yang mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk setelah kematian, sedang orang yang lemah adalah orang yang jiwanya selalu tunduk pada nafsunya dan mengharap kepada Allah dengan berbagai angan-angan." (H.R Ahmad dan Tirmidzi).

Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk tidak lupa mengintrospeksi diri, menyempitkan ruang gerak nafsu dan menahan gejolaknya. Sehingga setiap hembusan nafas diibaratkan sesuatu yang bernilai tinggi dan dapat ditukar dengan kenikmatan yang tidak pernah sirna sepanjang masa. Karena dengan menyia-nyiakan nafas atau menjadikannya sebagai sesuatu yang mendatangkan keburukan adalah kerugian besar yang pada akhirnya hakikat kerugian tersebut baru benar-benar tampak nanti di hari kiamat kelak.

Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Umar bin Khaththab berkata "Hisablah dirimu sebelum dihisab ! Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang ! Sesungguhnya berintrospeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan daripada hisab di kemudian hari. Begitu juga dengan hari 'aradl (penampakan amal) yang agung".

Muhasabah terbagi menjadi dua jenis yaitu pertama muhasabah sebelum melakukan pekerjaan dan kedua setelah melaksanakan pekerjaan. Muhasabah yang pertama akan menjadikan pekerjaaan yang akan dilakukan bernilai positif di dunia maupun akhirat dan muhasabah yang kedua akan memudahkan untuk menutupi kekurangan pekerjaan yang telah dilaksanakan sehingga menjadikan pekerjaan selanjutnya lebih baik.

Kemudian sekarang kita kenali metode muhasabah menurut Ibnul Qayyim rahimahullah yang mengatakan bahwa "Muhasabah dapat dilakukan dengan menimbang antara kenikmatan yang Allah karuniakan dan keburukan yang telah dilakukan". Maksudnya kita dapat melihat berbagai anugerah yang telah Allah berikan kepada kita dan juga melihat apa yang telah diperbuat. Apakah kita telah bersyukur kepada-Nya atau justru mengingkari nikmat-nikmat tersebut dengan bermaksiat kepada-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun