Mohon tunggu...
Fathur Rozi
Fathur Rozi Mohon Tunggu... -

Selepas kerja fulltime di dunia pariwisata, kini saya mengembangkan media online WWW.SILATURAHIM.CO.ID untuk berbagi inspirasi dan solusi guna meraih sukses di dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Sukses dari Burung Elang

23 April 2016   05:16 Diperbarui: 23 April 2016   06:16 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: americanexpedition.us"][/caption]Burung elang yang perkasa ternyata pernah mengalami masa perjuangan yang berat untuk menjadi hebat. Di tengah perjalanan hidupnya, seekor elang mesti memutuskan apakah menerima kenyataan apa adanya atau berjuang sekali lagi untuk menjadi lebih kuat dan berumur panjang. Ini pelajaran yang berharga bagi kita yang tengah berusaha untuk memiliki hidup yang lebih baik. Untuk mencapai apa yang kita inginkan, yang kita cita-citakan.

Pada umur 40 tahun, cakar elang mulai menua, paruhnya  semaikn panjang dan bengkok. Sayapnya pun bertambah berat karena bulu-bulunya tambah lebat sehingga kurang gesit terbangnya. Maka pilihannya ia pasrah dengan keadaannya, melemah dan cepat mati. Atau ia berjuang untuk melalui proses transformasi yang sangat menyakitkan selama 150 hari. Bila berhasil melalui proses ini, maka ia menjadi lebih kuat, lebih tangguh dan hidup lebih lama lagi.

Elang mengalami proses transformasi dengan penuh perjuangan. Pertama ia harus terbang tinggi ke puncak gunung untuk membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi. Pertama, ia harus mematuk-matukkan paruhnya ke batu karang sampai terlepas dari mulutnya. Ia kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru itu, ia mencabut satu per satu cakarnya. Ketika cakar baru sudah tumbuh, lalu ia mulai mencabuti bulunya satu per satu. Sebuah proses panjang yang menyakitkan.

Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Kini elang mulai bisa terbang lagi.  Dengan paruh, cakar dan bulu-bulu baru, ia akan menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi. Kini sang elang bukan bernama elang lagi tapi dikenal sebagai rajawali.

Sebagaimana elang, begitulah juga kehidupan manusia. Kita dihadapkan pada banyak pilihan. Kita berhak memilih jadi orang baik atau buruk, jadi pahlawan atau pecundang, jadi orang sukses atau gagal. Tentunya, setiap pilihan ada konsekuensinya. Ketika kita memilih yang pertama, maka kita harus siap dengan kehidupan yang melelahkan, penuh perjuangan, sakit dan kesiapan untuk pantang menyerah. Namun percayalah, Tuhan akan memberikan bayarannya, akan memberikan bonusnya. Semua akan indah pada akhirnya.

Referensi, Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati,  Ahmad Rifa’I Rif’an, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, Januari 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun