Minat dan bakat ialah dua kata yang memiliki arti berbeda namun memiliki keterkaitan antara keduanya. Jika seseorang memiliki bakat, ia akan semakin terdorong dan termotivasi oleh minat. Seseorang yang mengembangkan minat secara tidak langsung juga dapat menyalurkan bakat yang dimilikinya. Banyak orang terutama remaja yang tidak mengetahui bagaimana arah minat dan bakatnya karena bingung dengan kemampuan diri sendiri.
Terlebih, usia remaja SMA yang sedang berada di masa peralihan menuju usia dewasa baik yang hendak bekerja atau melanjutkan kuliah. Padahal, masa remaja adalah masa pencarian jati diri, dimana remaja dituntut untuk menentukan masa depan yang diraihnya nanti.
Potensi setiap orang sangat beragam, ada yang unggul dibidang akademik, ada yang unggul dibidang non akademik seperti olahraga dan seni. Hal-hal tersebut akan berkembang dengan baik apabila potensi tersebut diasah dengan baik.
Menurut KBBI, minat adalah kecendrungan yang tinggi terhadap sesuatu, keinginan dan antusias. Minat adalah rasa ketertarikan seseorang pada suatu hal yang muncul sebagai motivasi dari dalam diri tanpa paksaan dari orang lain.
Minat akan tumbuh secara alamiah berdasarkan pengaruh lingkungannya. Sedangkan bakat, menurut KBBI adalah kepandaian dan sifat yang dibawa sejak lahir. Bakat adalah kemampuan yang semakin terlihat jika diasah dan dilatih untuk mencapai potensi terbaiknya. Seseorang yang memiliki bakat terhadap suatu hal akan dapat lebih cepat dan lebih baik dalam mempelajari hal tersebut dibandingkan dengan orang lain.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Bapak Nadiem Makarim mengungkapkan pada 26 Oktober 2021 lalu, bahwa 80 persen mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya. Berdasarkan data, hanya ada 27 persen lulusan yang memiliki pekerjaan sesuai dengan jurusan atau bidang ilmunya.
Kemudian menurut ahli Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF), sekitar 87% mahasiswa merasa salah memilih jurusan, hingga pada akhirnya banyak mahasiswa tidak bekerja sesuai jurusan kuliah yang dipilihnya. Contoh, jurusan ilmu pertanian atau ilmu alam lain yang malah bekerja di bank atau perusahaan perbankan.
Banyaknya mahasiswa yang bekerja tidak sesuai jurusan kuliah merupakan salah satu dampak dari ketidaktahuan remaja ketika SMA mengenai minat dan bakatnya sehingga membuat mereka asal-asalan ketika memilih jurusan kuliah. Biasanya mereka hanya masuk jurusan kuliah mengikuti popularitas, ikut-ikutan teman sebaya, mengikuti keinginan orang tua, nama kampus dan jurusan yang unggul, dan karakter remaja yang belum bisa mengambil keputusan untuk berpikir panjang.
Selain bekerja tidak sesuai jurusan kuliah terdapat beberapa dampak buruk lain jika remaja tidak mengetahui minat dan bakatnya. Seperti remaja tidak akan percaya diri ketika teman sebayanya sudah memiliki minat dan bakat masing-masing karena sudah terlatih sejak kecil, memengaruhi perkembangan emosional sehingga menjadikan remaja memiliki sifat labil, remaja akan sulit menentukan tujuan hidupnya akan seperti apa. Jika remaja tersebut masuk jurusan kuliah atau bekerja yang tidak sesuai minat dan bakatnya, maka remaja akan mengalami penurunan motivasi belajar, tidak berpartisipasi aktif dalam kelompok, mengerjakan tugas dengan asal-asalan dengan mindset yang penting tugas selesai.
Terdapat beberapa cara untuk melatih remaja agar bisa mengenali minat dan bakatnya. Minat dan bakat haruslah mulai dikenali sejak kecil sebelum anak masuk sekolah. Oleh karena itu peran orangtua sebagai pendidik pertama harus lebih paham mengenai apa yang digemari anak-anaknya. Kemudian guru akan mengarahkan diikuti pendapat teman sebaya. Sekolah sendiri berperan untuk memfasilitasi anak agar dapat tumbuh dengan fasilitas yang menunjang kegemarannya. Cara yang dapat dilakukan diantaranya seperti mengamati apa yang anak atau remaja tersebut sukai, tidak bosan mengerjakannya terutama di waktu luang. Setelah mengamati, maka mulailah saling berdiskusi antara anak, orangtua, guru, dan teman sebaya.
Agar hasil minat dan bakat lebih terlihat dan terpercaya, anak atau remaja bisa meminta bantuan guru bimbingan konseling, atau psikolog untuk mengisi tes soal-soal pengetahuan minat dan bakat untuk menentukan kecenderungan anak lebih banyak menjawab soal atau lebih tinggi dalam bidang apa. Setelah mulai terhasil hasil tersebut, anak atau remaja bisa mencari kelompok pergaulan positif yang mendukung hobi dalam bidang tersebut. Hal paling penting sesungguhnya terdapat dalam motivasi remaja tersebut yang harus percaya diri dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.