Di suatu masa, yang tidak disebutkan bila.. hiduplah seekor burung Gereja. Dia sebatang kara dan suka melalang buana. Dalam lelahnya, hinggaplah ia di dahan sebatang pohon Cemara. Jauh di gelapnya malam, nampaklah sepasang burung hantu bermahkota bulan. Saling berkasih-kasihan. “Hachuuuu….” Si burung gereja terlonjak kaget. Suara bersin itu sangat dekat dengannya. Jangan2 pohon cemara ini ber hannnttt…. “Hei.. akulah yang bersin tadi.” Terdengar suara memecah keheningan malam. Suara yang merdu dan berat. Tenor, bariton..bass? atau Sopran, mezo sopran..Alto? Bass…ya..basss… suara lelaki. Yee… makhluk lelaki selalunya menjadi pemburu. Dengan sehelai.. sebatang.. setangkai… ah..sepucuk… ya sepucuk senapan di tangan siap terbidik. Si burung gereja segera bersiap-siap mengepakan sayapnya. Dia meloncat ke kiri dan kekanan seakan sedang menghindar dari peluru si Pemburu. “Aku siapa?” tanya si burung Gereja dengan suara yang di besar-besarkan dan di buat sedikit garang. “Aku…. Ya… aku…!” “Ya lah turr! Tapi “Aku” itu pasti … siapa…!” ucap si burung gereja. “Tentu saja aku pasti siapa! Aku adalah… Hmmmm..” “Oh…Hmmmmm,” si burung gereja terkikik kecil. “Aneh sekali. Nama kok Hmmm. Dipanggilnya apa ya? “H” atau “Mmmm”? “Nooo..no..no..no no! namaku bukan “ Hmmmm”. Enak aja ganti nama sesuka hati!” “Lho, katanya tadi ‘Hmmmm’.” “Hmmm itu tandanya sedang berpikir…” “Oh…lupa nama sendiri ya? Huahahaha.. lucu! Nama sendiri kok lupa!” “Hei burung…! suka hati bilang orang lupa!” “Hei…Hmmmm, jangan panggil aku burung! Suka hati panggil diri sendiri ‘Orang’. Tunjukan wujudmu! Biar aku yang menilai…dan memberimu nama. Aku mempunyai banyak kosa kata yang indah-indah….” “Kau bertenger di diriku, bur…eh…..” “Maya. Panggil aku “Maya”…” ucap si burung gereja. Suara itu tertawa terbahak-bahak hinggak tersedak. “Uhuk..huk..” hingga terbatuk-batuk. “Padan muka! Itulah klu tidak sopan! Suka menertawakan bur….eh aku tanpa sebab.” Terdengar deheman beberapa kali, “Ehm..ehm.. bukan tanpa sebab. Kau inikan sebentuk burung. Dari gerak-gerik mu, suaramu, dan penampilanmu…sepertinya kau ini burung gereja. Tapi panggilanmu kok aneh…”Maya”. Nggak nyambung sama sekali. Harusnya kan “Ger “ atau “Re” atau “Ja”…ada sedikit miripnya dengan “Gereja”. Tapi ‘Maya’? hahahaha… hahahahahahaha…Maya yang burung Gereja. Maya yang burung Gereja? Hah? Maya si Burung Gereja?” “Hmmm… pandai! Semakin banyak kau bicara dan mengulang kata-kata, maka kau akan paham makna dari ucapanmu. Menyambungkan apa yang tidak nyambung! Karena sesungguhnya, yang tidak nyambung itu sebentulnya bersambung jika saja kita pandai menyambungnya…!” ucap Maya si burung Gereja menunjukan sedikit keahliannya bermain lidah. “Farewell ….Hmmmn, hari sudah siang. Harap-harap malam akan segera menjelang, agar kita bisa kembali bersembang…!” “Tunggu…!” pekik suara itu. “Oh… jangan bersedih! Waktu masih panjang. Kita akan bertemu lagi. Pasti…!” ucap Maya dengan penuh percaya diri. “Oh…bukan itu! Aku hanya mau bilang kalau namaku bukan… Hmmmm!” Maya menatapnya dengan iba. “Tidak apa pun kalau namamu ‘Hmmmm’. No big deal! Apalah artinya sebuah Nama….” Suara itu membebel panjang pendek. Tak tahu harus berkata apa lagi. Maya si burung Hannnn o…Gereja ini sangat degil. “Pokonya namaku..bukan ‘Hmmmmm’!!” “Hmmmmm….Hmmmm….Hmmmmm!” Maya ber ‘ Hmmmm’ sambil berputar berkeliling. Sebelum akhirnya dia bersalto di udara dan..”Bye…Hmmmmm. see u sooon!!!” terbang lepas meninggalkan ‘Hmmmm’ yang berdehem-dehem menahan marah dan geram. Oups geram dulu…atau marah dulu ya? Any….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H