Sejak memberi nama pohon Cemara yang bisa bicara itu dengan nama “Hfy”, Maya merasa tidak happy. Seolah ada sesuatu yang tidak tepat dengan nama itu. Kini setiap kali dia menginggat nama Hfy, yang terbayang adalah sebatang pohon Cemara yang bisa bicara. Bukan lagi bocah kecil mungil dengan senyum menawan dan tatapan nakal yang sering di lihatnya bermain di taman Kota.
24 jam belum berlalu. Tapi perasaan itu begitu menyiksanya. Dia ingin terbang kembali menemui si pohon Cemara dan meng-cancel nama pemberiannya itu. Tapi merasa segan dan malu. Sudahlah memberinya dengan memaksa, belum sehari sudah di cabut kembali. Apa kata…dunia nanti? Maya si burung Gereja tidak punya pendirian? Wooo…that’ too much! Tapi menghindar dari masalah pun tak bagus. Apalagi di kehidupan yang fana ini. Setiap saat adalah berharga. Jika tiba-tiba malaikat maut datang menyapa, dia tidak mau mati penasaran karena punya un finish bussiness di dunia ini.
Membayangkan dirinya menjadi Casper membuat bulu romanya merinding. Tanpa membuang waktu segera dia terbang menemui si pohon Cemara.
“Hai… apa kabar?” sapanya dengan kikuk. Tak ada sahutan. Inilah susahnya kalau bicara dengan pohon. Mana depan, mana belakang..semua terlihat sama. Batang,Dahan dan daun. “Hallloooooo….anybody home??”
“Hush…tak perlu teriak2 aku tidak tuli kok.”
“Kalau tidak tuli, kenapa tidak menjawab?” todong Maya.
“Sengaja. Mau lihat kamu kikuk lebih lama dan hilang sabar,” sahut si pohon Cemara sambil tertawa renyah.
“Oh ok. Good to know,” ucap Maya sekenanya. “Hmmm.. aku mau tanya. Sebenarnya kamu suka tak ku panggil ‘Hfy’? apakah kamu merasa terbebani atau tidak sreg atau….”
“Nooo. I m fine!”
“Maksudku… kamu mau nggak kupanggil dengan nama baru yang lebih keren?”
“Tak usahlah. Nama Hfy juga ok. Bahkan tadi si Sri guntingyang singgah di sini bilang namaku sangat indah dan kalau di panjangkan mempunyai makna yang sangat dalam…” jelas si pohon Cemara.
“Alaa..jangan dengarkan Srigunting. Mana tahu dia arti sebuah nama. Baca buku aja nggak pernah. Pokoknya mulai detik ini namamu bukan lagi Hfy, tapi Groovy. Kerenkan?” kata Maya sambil berdansa di udara.
“artinya?”
“Groovy artinya…….artinya….haiyaaa nantiku Google dulu. Lagian Hfy dan Groovy hampir sama kan, sama-sama berakhiran huruf ‘Y’,” jelas Maya. “so, should be no problem. Ok…? Setuju?”
“Hmmmm….”
“Atau kau mau ku panggil ‘Hmmmm’ lagi?” tantang Maya. Tak ada jawaban dari si pohon cemara. “So…namamu sekarang Groovy ya. Kerenkan? “
“Aku ada pertanyaan…!”
“Yes, Grovvy?”
“Kenapa kau selalu memaksakan kehendakmu pada orang lain?” tanya si pohon Cemara yang kini bernama Groovy.
“Dee…. Kau bukan orang, ok.”
“Tapi akukan punya perasaan..”
“Really?....Kalau kau punya perasaan…mengapa slalu kau simpan saputangan….”Maya bernyanyi sepenuh hati. “U know what....I like you Groovy. Kurasa kita akan menjadi kawan yang sangat baik.”
“Kurasa tidak! Aku tidak suka dengan burung yang suka memaksa,” tandas groovy.
Maya terpelanting kebelakang mendengarnya, “Nah, sekarang kau menyinggung perasanku dengan mengatakan aku burung!”
Groovy berguman kecil, “Tapi..kau kan memang…. Maksudku…..”
Tanpa mendengar penjelasan Groovy lebih lanjut, Maya segera terbang pergi. Tanpa pamit. Membuat Groovy segan dan merasa bersalah.
Groovy Artinya excellent, fashionable, or amazing, depending on context.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H