Semalam saya bingung arti harafiah dari kata matre itu apa sih?
Setelah hasil survey saya membaca banyak tulisan blog mengenai definisi matre, maka saya menemukan 3 sudut pandang matre.
1. Banyak yang mengartikan bahwa matre adalah suatu sikap dengan cara pandang bahwa materi itu hal yang prioritas, di atas segalanya.
2. Ada pula yang mengartikan bahwa matre adalah suatu sikap yang memanfaatkan kelebihan materi orang lain untuk memenuhi segala keinginannya.
3. Dan ada pula yang mengatakan bahwa matre adalah suatu sikap dimana menilai orang lain dari sisi kemampuan ekonominya.
Itulah definisi matre dari berbagai sudut pandang, tetapi pada kontek penggunaan istilah itu dalam masyarakat terlebih di kalangan anak muda lebih cenderung ke arti no.2. Jadi sebenarnya artinya akan berbeda tergantung prinsip, cara pandang, tujuan dan kalangan apa yang menggunakannya.
Sedangkan arti matre dalam kamus Bahasa Indonesia memang tidak ada karena yang ada hanya materialistis, materialisme dan materialis, yang artinya adalah suatu sikap, pola pikir, anggapan, yang semuanya dimaknai dengan sifat-sifat kebendaan. Yang bisa tersentuh, dilihat dan dianalisa secara logis.
Nah, saya simpulkan bahwa matre itu merupakan sikap & cara pandang dalam menilai sesuatu dimana yang menjadi tolak ukurnya adalah materi atau kebendaan.
Lalu dalam konteknya sendiri, makin mahal suatu barang maka makin tinggi nilainya. Tapi jika saat kita memakai konsep materialistis, maka kita bisa menilai bahwa nilai suatu barang tidak harus selalu ditentukan dari seberapa besar harganya, tetapi bisa juga seberapa bermanfaaat, artistik dan berkesannya barang itu meski harganya murah, yang tentunya nilainya ditentukan oleh siapa yang memakainya, meski harganya murah tetapi jika barang itu tiba di tangan orang yang membutuhkannya dan menganggap itu memiliki kesan tersendiri karena yang memberikannya adalah orang spesial maka nilai barang itu akan menjadi tinggi, berbeda jika barang yang sama itu tiba di tangan orang yang memang tidak membutuhkannya maka itu tidak akan bernilai tinggi baginya.
Seperti sebuah dress mahal yang seksi akan sangat tinggi nilainya bagi perempuan masyarakat kota, sedangkan itu tidak akan bernilai bagi perempuan desa mengingat cara berpakaian orang desa cenderung tertutup. Atau sebuah hp canggih standar bagi kalangan bawah sudah merupakan sesuatu yang wah, tapi bagi masyarakat ekonomi kelas atas itu hanya barang biasa.
Hanya yang menjadi masalah dan yang tentunya membuat sebagian besar orang resah jika penilaian seperti itu dikaitkan dalam menilai seseorang, apalagi jika yang menjadi tolak ukurnya adalah seberapa besar harga barang yang dimiliki & melekat pada seseorang, dalam hal ini penilaian itu untuk memiliki tujuan khusus dan penilaian model ini menjadi prioritas.
Sebenarnya yang membuat saya cukup tertarik untuk mencari tahu masalah ini adalah ketika semalam saya membaca postingan teman yang sumbernya dari Mario Teguh bahwa perempuan matre itu wajar & sebaiknya harus, kurang lebih seperti itu.