Saya ngakak sekaligus prihatin sama postingan Oma Eni yang pakai dasteran ke bank (bank di desa) lalu dibilangi "BISA BACA NGGAK? Padahal oma mantan PNS golongan 4B. Ya, ampun songong bingits tellernya.
Saya juga pernah mengalami kejadian serupa waktu mau bayar SPP di teller khusus bayar SPP (jadi tidak ambil nomor antrian), mana datangnya pagi-pagi. Iri lihat orang yang antri di teller umum sudah banyak yang selesai transaksinya, kita malah masih menunggu, Sebal saya, akhirnya saya ke bank sebelah untuk membayar SPP teman dulu, lalu kembali lagi, sudah banyak mahasiswa yang antri juga, saya tanya ke satpam, katanya namaku belum dipanggil, baru mau dikasi tahu tellernya langsung tapi tiba-tiba namaku dipanggil.
Ini yang bikin greget, sudah dipanggil, eh ternyata cuma dipanggil buat nonton si teller tuk ngemil dan cerita. Tidak lama dia bilang "duduk dulu ya dek?" Duduk sih duduk, tapi tempat duduk sudah diambil orang maaaahh. Masih agak lama menunggu dan saya lihat tellernya ke belakang, agak cukup lama juga. Saya dipanggil lagi, tadi nonton dia ngemil, sekarang buat nonton dia berdandan sambil cengengesan "maaf ya dek? Mau cantik-cantik dulu".
Saya membatin "Oh nuhaaaaaann, bank apa ini? Perasaan tadi sudah cantik. Kamu kerja di sini bukan untuk dandan, tapi melayani. Begini nih model orang yang kurang PD." Agak lama saya berdiri di situ baru dilayani.
Buat teman-teman yang bekerja di layanan publik apalagi melayani nasabah, tolong deh untuk perhatikan tata krama sebelum kalian dimutasi. Jangan sampai hanya karena sedikit kinclong, lalu kita merendahkan dan menganggap sebelah mata orang lain apalagi nasabah yang penampilannya urakan. Gaji kalian itu dari nasabah, bukan dari boss. Sedangkan boss kalian juga digaji sama nasabah.
Lihat nasabah, jangan lihat dari penampilannya atau banyak sedikitnya duitnya, karena sedikit dikali banyak, ya banyak juga. Bisa jadi, dia orang kaya yang sengaja berpakaian babu untuk menjaga diri, karena di sekitar bank, tidak menutup kemungkinan rawan kejahatan. Jadi tidak perlulah terlalu sinis, kita datang untuk menyetor duit, lagi pula kalau mau ambil duit juga, ya bukan mengemis duit kalian, tapi ambil uang sendiri.
Yang kedua, dalam kasus saya, oklah saya bisa mengerti siapa tahu saja jaringannya sedang bermasalah. Tapi melakukan hal di luar pekerjaan di depan nasabah itu kurang etis. Orang yang berpikiran pendek akan berpikir kalau kita itu mempermainkannya meski mungkin maksud kita, kita lagi nyambi demi mengefisienkan waktu.Bingung saya, waktu ditraining, apa hal-hal begini tidak diajari ya?
Pernah teman saya bercerita tentang bapaknya yang bekerja sebagai kepala cabang di suatu bank bercerita bahwa bank yang ia pimpin omzetnya menurun karena salah satu nasabahnya menarik uangnya yang bermilyar-milyar karena jengkel dengan pelayanan pegawainya. Nah, loh.
Kalau di dunia kerja, jangan egois begitulah, ingat juga masa depan teman-teman kita ketika mungkin kita sendiri cuek dengan masa depan sendiri. Karena 1 orang yang berulah, semua kena dampaknya. Kalau kalian tidak begitu, tapi punya teman kayak begitu, ya ditegur saja, merugikan saja. Ingat saja bahwa "nasabah adalah raja".
Sekian uneg-uneg dari saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H