Mohon tunggu...
Meylisa Theresia
Meylisa Theresia Mohon Tunggu... -

Kadang suka menulis tapi belum bisa dibilang hobi. Saya suka (hobi) membaca opini orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat untuk Sahabat

6 April 2011   13:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:04 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dear Sahabat,

Aku bingung bagaimana harus memulainya. Kamu tahu kan apa saja yang terjadi hari ini? Aku yakin Kamu melihatnya. Maaf ya kalau tadi sempat marah kepadaMu, Ayahmu, bahkan IbuMu. Aku letih Sahabat. Muak tepatnya. Rasanya hidupku tak pernah tenang. AyahMu selalu mengirimkan hujan badai dalam hidupku. Kamu tahu kan aku gampang masuk angin. Badanku tidak sekuat kamu Sahabat. Aku jarang berolah raga. Kamu lihat sendiri kan kemarin raportku, nilai olahragaku tujuh. Tapi aku senang sih. Dulu waktu SMA malah cuma dapat 6 saja. Itu artinya aku makin bertambah kuat. Heheheh...

Lalu juga, hari ini AyahMu khusus mengirimkan beberapa ekor anjing(grr..) Kamu tahu kan aku benci (takut mungkin) dengan binatang-binatang itu. Kamu ingat tidak? Dulu waktu aku kecil ketika aku mau membantu teman-temanMu, aku dikejar sampai jatuh berdarah. Aku masih takut kalau mengingat itu. Tapi anjing yang AyahMu kirimkan hari ini lbh dahsyat lho dari yang tempo hari. Mereka menggongong, menyalak dengan kasarnya. Padahal aku sudah memberi mereka tulang.. Tapi kenapa mereka masih meminta daging? Kamu tahu kan aku masih pelajar. Aku tak punya banyak uang. Yang aku bisa berikan hanya tulang.. Tapi mereka terus mendesak sampai rasanya aku ingin lompat dari jurang. Gonggongan mereka menyayat hatiku Sahabat..

Hatiku menangis Sahabat. Aku butuh udara segar, lepas dari jamur yang membuat hatiku gatal.. Aku lari ke tepi pantai. Aku ambil earphoneku, kututup saja telingaku. Malas aku dengar jeritan anjing-anjing itu. Tapi hatiku masih mendengar Sahabat...

Aku jalan... berlari... sampai aku lelah... Aku duduk sejenak... Berpikir.. Dimana kewarasanku:?

Sedetik, dua detik...

Aku ingat sesuatu. Temanku pernah berkata, "tunggulah pelangi setelah hujan". Ahhh,, aku tersenyum. Aku ikhlas Sahabat. Biarlah hari ini aku menangis. Tapi aku yakin Kamu selalu mengirimkan pelangi nanti..

Dan pelangi itu datang...

Sahabat, tolong sampaikan jutaan bintang yang ada dihatiku saat ini. Bilang ke AyahMu kalau aku bahagia mengenalNya. Aku tahu Dia sering mengirimkan hujan badai atau bahkan lintah-lintah penghisap darah, tapi Dia selalu ingat untuk juga mengirimkanku malaikat, seperti Kamu atau mereka...

Hari ini temanku juga bilang kalau AyahMu benar-benar menyayangiKu... Ah sahabat, aku menangis.. Aku bingung apa yang harus aku tulis kepadaMu tentang perasaanku waktu mendengarnya. Ayahmu sudah menganggap aku seperti Kamu, anaknya sendiri... Tapi aku percaya kok, bahwa Beliau juga menyayangi malaikat-malaikat lain yang ada didalam hidupku atau yang ada didalam doaku, benarkan?

Dan juga Ibumu,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun