" Uda ini semua benar-benar kejutan untuk adek. Tapi sebelum itu izinkan adek tanya ditanyakan dulu pada ibu dan bapa. ".
" Ibu, bapak menurut kalian bagaimana "
" Kalau menurut bapa, terserah kamu saja. Menurut bapa Nasution itu orang yang baik dan bertanggung jawab, karena kamu yang menjalankan jadi bapa terserah kamu saja."
" Ibu juga seperti itu nak, ibu serahkan semuanya pada mu. Ibu mendukung semua keputusan yang kamu ambil"
" Bismilah, dengan restu ibu bapa. Aku terima lamaran Uda "
" Alhamdulillah " aku menunduk bahagia dan lega. Setelah itu aku berusaha menyematkan cincin di jadi manisnya
" Ibu dan Bapa hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian, selebihnya untuk masalah kedepannya seperti pernikahan ibu serahkan pada kalian berdua. "
" Baik lah silahkan kalian habiskan waktu bersama dulu " ucap bapa sambil bangkit dari duduknya.
Setalah ibu bapak pergi kami berbincang- bincang panjang lebar. Kami memutuskan untuk melangsungkan pernikahan pada tanggal 39 Mei 1947. Tapi aku belum yakin orang tua ku dari kampung bisa datang. Dengan kondisi mereka terutama ibu ku yang sering sakit-sakitan membuatku khawatir. Setelah hari berganti dari siang menjadi malam, aku pamit pulang. Karena besok harus bekerja.
Singkat cerita, hari H pernikahan ku dan Sunarti sudah semakin dekat. Semua persiapan kami lakukan bersama. Mulai dari riasan pengantin, pakaian, tradisi yang akan kita gunakan sampai hal-hal kecil pun kita persiapan. Aku berharap keluargaku bisa datang dari kampung tapi setelah di konfirmasi kembali mereka semua tidak bisa datang. kami semua mendukung keputusan mu, asalkan itu yang terbaik untukmu na tutur ayahku dari surat balasan yang ia kirim.
Akhirnya hari yang di tunggu tunggu pun tiba. Aku berangkat dari Bandung di dampingi teman teman ku dari divisi Siliwangi. Sesampainya disana aku di sambut dengan tradisi Sunda yang kental. Tetapi sebenarnya di dalam hatiku aku merasa sangat gugup. Setelah semua rangkaian acara sebelum ijab kobul selesai. Pengantin wanita alias Sunarti di dampingi sodara-sodarnya keluar dari kamar dan kemudian didudukkan di sebelahku. " Masyaallah cantiknya " bisikku di telinga Sunarti. Ia membalas dengan senyuman kecil saja. Aku mulai gugup kembali setelah penghulu menuturkan apa saja yang harus aku lakukan. Hingga tiba saat nya aku di suruh berjabat tangan dengan bapa Sunarti. Pertanda ijab kabul akan segera dilakukan.