Mohon tunggu...
meyda nur rohmah
meyda nur rohmah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

King/Queen of Drama ~Anak dengan Emosi Berlebih

25 Agustus 2018   09:36 Diperbarui: 27 Agustus 2018   12:52 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.beingtheparent.com

Sebagai orang yang dekat dengan anak kita harus mencari tahu apakah tangisan anak hanya manipulasi ataukan tangisan asli yang memungkinkan ia merasakan tak nyaman ataupun kesakitan.  

Di sini peran orang disekitar anak saatlah diperlukan, ketika anak menunjukkan emosi yang berlebih sebaiknya kita mencoba untuk bertanya dan sebisa mungkin untuk menenangkannya. Misalkan "wah kakak terluka .. sini ibu bantu membersihkan lukanya, besok kakak harus lebih berhati-hati ya.. biar ndak terluka lagi"

Ajak anak berbicara

Luangkan waktu untuk mengajak anak berbincang-bincang bisa saja disaat dia sedang bermain kita juga bisa ikut bermain dan mencoba bertanya beberapa hal. Namun usahakan agar tidak menggunakan kata-kata yang mencolok yang menunjukkan pertanyaan. Misalkan "kakak sudah pulang sekolah, tadi sama bu guru main apa saja?".

Bantu anak memahami emosinya

Ketika anak mulai menunjukkan emosi yang berlebih, maka cobalah untuk membiarkan ia meluapkan perasaannya. Setelah itu cobalah untuk mulai bertanya dengan lembut namun jangan sampai anak merasa tidak nyaman dan mulai menunjukkan emosi berlebih lagi.

Misalkan ketika anak bermain dan kita harus segera pulang kerumah anak pasti akan menangis dan tidak ingin pulang. Biarkan sebentar anak menangis dan mulailah berbicara "kakak ayo pulang dulu, bunda janji besok kita main disini lagi yaa, sekarang kakak pulang dan makan siang, ini perut kakak sudah bernyanyi-nyanyi".

Usia dini memanglah usia anak memulai untuk membentuk karakternya masing-masing. Anak mencoba untuk memijakkan kaki dilingkungan luar. Maka wajib bagi kita untuk memberikan lebih banyak emosi positif dan menjadi contoh yang baik bagi anak, sedangkan memberikan pengalaman emosi yang buruk pada anak hanya akan menumpuk kegagalan dan ketertupan diri anak dimasa selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun