[caption caption="Sampai di Balikpapan"][/caption]Sungguh beruntung, saya bisa mengikuti Datsun Risers Expedition (DSE) etape II Balikpapan – Banjarmasin yang bekerja sama dengan Kompasiana kali ini. Selain karena dapat mengunjungi tempat baru yang belum pernah saya datangi, saya dapat mencoba mengendarai mobil Datsun mungil yang luar biasa ini.
Perjalanan hari pertama untuk etape II dimulai saat kami menginjakkan kaki ke bumi Borneo pukul 09.30 dan langsung mengendarai Datsun Go Panca menuju dealer PT.Wahana Lestari Balikpapan (PT. WLB) di jalan Mayjend. Sutoyo no. 39A, Balikpapan. Para riser di bagi menjadi 5 team dengan anggota 3 orang, dan luarbiasanya saya mendapatkan team yang “sama-sama kurang cakap” dalam mengemudi. Lengkaplah kami sebagai team hore dalam Etape II ini. Hahahaha…
Setelah makan siang, kami di sambut oleh Bapak Asri Dwibawanto, Operational Manager, yang menyatakan kesiapan PT. WLB memberikan after sales service di Kalimantan Timur dengan memiliki spoke yang tersebar di daerah-daerah. Mengenai spesifikasi mobil Datsun Go Panca, menurut mbak Rezsya, Key Account Officer PT. Wahana Lestari Balikpapan (PT. WLB), terdapat beberapa kelebihan Datsun Go Panca di bandingkan dengan LCGC (Low Cost Green Car) di kelasnya. Kelebihan tersebut di antaranya adalah kapasitas mesin 1.200 CC pada mechanical features nya dan 2 pilihan varian, yaitu 2 dan 3 baris tempat duduk dalam mobil. Harga Datsun Go Panca di Balikpapan saat ini di bandrol berkisar Rp. 134 juta.
[caption caption="Bapak Asri Dwibawanto, Operational Manager PT. WLB"]
Kami juga mendapatkan briefing singkat dari mas Toni, salah satu panitia yang intinya memberikan petunjuk-petunjuk “safet” selama berkonvoi menuju kota Tanjung di Kalimantan Selatan. Karena konvoi terdiri dari 14 kendaraan yang dilengkapi dengan alat komunikasi dalam mobil, kami diinformasikan mengenai istilah-istilah yang di gunakan. Untuk membuat segar suasana konvoi, di sepakati nama Babon untuk kendaraan truk besar, Ayam untuk kendaraan kecil biasa, dan Cacing untuk sepeda motor. Dalam kenyataan di lapangan istilah-istilah ini bertambah banyak termasuk Roti Bakar untuk kendaraan Bus dan Cabe cabean untuk orang berjalan / menyeberang. Hahahaha…
[caption caption="Perbatasan KalTim dan KalSel"]
Perjalanan kearah kota Tanjung ini juga menggunakan moda transportasi kapal feri untuk menyeberang ke pelabuhan Penajam. Perjalanan dengan kapal feri ini memakan waktu 1 jam, lebih diakibatkan karena antrian waktu bersandarnya kapal. Saya mendapatkan kesempatan menjadi driver selama 2 jam dari Penajam ke Simpang Pait untuk makan sore. Pengalaman yang luarbiasa untuk saya karena sudah 4 tahun terakhir saya tidak mengendarai mobil manual dan tidak terbiasa dengan rem tangan yang terletak di dashboard seperti yang ada dalam kendaraan ini.
Dan lengkaplah penderitaan team saya karena dengan jalanan yang naik turun, bergelombang dan rusak, harus terus menerus sport jantung dan berdoa sepanjang perjalanan saat saya memegang kemudi. Hahahaha… Maaf ya mas Dhave Danang, mas Indra Furwita dan panitia mas Kevin. Dan beruntung setelah lepas makan sore, saya memutuskan menyerahkan kemudi kepada mas Kevin karena perjalanan memakan waktu 7 jam dan kami baru mencapai hotel AstonTanjung pada pukul 00.00.
Ngantuknyaaaaa…. Capeknya…. Jadi segini dulu cerita awal pejalanannya. Besok-besok akan saya tulis lagi cerita-cerita seru dalam perjalanan ya. Stay tune…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H